Hi,
everyone! Assalamu’alaikum.
Seperti yang aku janjiin di video, review
detail dari Origin akan dibahas lewat blog. Kenapa harus lewat blog? bukan,
kalimat tanya yang tepat kenapa harus lewat tulisan? jawabannya tentu
karena masalah efisiensi dan efektivitas, selain itu tulisan dapat direvisi.
Sama halnya seperti sebuah buku, dicetak ulang beberapa kali, belum tentu
karena laris namun pasti telah direvisi. Aku juga bertekad untuk mengulas
kembali setiap tulisan dalam blog ini agar isinya lebih clear dan bertanggung
jawab.
Origin merupakan novel ketujuh Dan
Brown (DB), dengan jarak sekitar 4 tahun setelah Inferno (2013). Kalian bisa
membayangkan upaya riset bertahun-tahun DB untuk menyelesaikan Origin. Novel ini berisi
sekitar 500 halaman. Bagi kalian yang belum terbiasa baca, jangan beranjak dulu
dari postingan ini, soalnya kalian bisa mulai mengenal DB lewat film The Da
Vinci Code (2006). Semoga dengan itu memicu minat membaca kalian. Well, memang
tidak seajaib itu untuk menumbuhkan minat membaca, namun dalam postingan ini
aku juga pengen ajak kalian jalan-jalan ke Spanyol. Yang bener bisa jalan-jalan
bermodal baca? Of course ini karena manfaat dari membaca.
Sejujurnya aku sempat mengalami
pesimis menyelesaikan bacaan sejak terbunuhnya Syed Al Fadl (cendekiawan
muslim). It feels like “It is not fair!”
Pada mulanya novel ini mengangkat temuan yang mengguncangkan dari pemuda ahli komputer, Edmond Kirsch. Dia mempersentasikan itu pertama kali di depan tiga pemimpin agama,
Uskup Valdespino (Kristen Katolik), Rabi Yehuda Koves (Yahudi), dan Syed Al
Fadl (Islam). Presentasinya menyangkut dua pertanyaan misteri yang dianggap
tidak bisa dijelaskan melalui science.
“Darimana asal kita?”
“Kemana kita akan pergi selanjutnya?”
Untungnya karena dihantui rasa
penasaran, aku memaksakan diri untuk terus membacanya sampai kematian dari
Koves menyusul. Sampai disini apakah DB hanya mencoba mengangkat pandangan Kristen
terhadap dua pertanyaan ini? jawabannya tidak.
Origin benar-benar novel yang
mencoba menghadirkan pandangan orang modern (intelektual) dalam menjawab dua
pertanyaan fundamental ini. Jawaban Edmond akan dua pertanyaan itu disiarkan
secara LIVE.
Tayangan langsung dimulai dalam 1 menit 39 detik
Penonton jarak jauh saat ini: 227.501.173
Edmond telah menghentikan aktivitas
dunia. Yups, benar sekali. Sejak bab 90 halaman 425 muncul sensasi seolah-olah aku
benar-benar masuk dalam kekacauan yang diciptakan Edmond. Asli, terhipnotis!
Bayangin guys, betapa teganya DB buat klimaks hampir di ujung bacaan.
Heuheuheu.
Edmond menjelaskan jawaban dari
pertanyaan ini dibantu oleh temuannya berupa E-Wave, komputer canggih yang bisa
memprediksi kejadian sampai milyaran tahun ke depan. Memang ini bumbu science
fiction, namun terinspirasi dari perkembangan ramalan cuaca sampai prediksi
hari ke depan. Ini menggunakan pendekatan tingkat molekul-dibantu dengan hukum
fisika berupa termodinamika, gravitasi, konservasi energi, dll. Terlepas akurat
atau meleset, aku telah terbiasa mempertimbangkan prediksi cuaca sebelum
merencanakan jadwal dan tempat acara. Toh kalaupun hujan, bisa pake mantel yo.
Tapi untuk tempat repot juga kalau terlanjur milih outdoor yo. Paham kan maksudku?
Hasil pekerjaan dari Miller-Uley
(1950), mengklaim mereka dapat mengungkap bagaimana kehidupan dimulai,
ternyata dinyatakan gagal. Hingga tahun 2007 peneliti mulai menganalisis ulang dan
menemukan rangkaian semacam RNA. Oh my God! Aku bacanya sambil istighfar guys,
ibaratkan gempa, tauhid gue mengalami goncangan 3 SR.
Teknologi E-Wave mampu merakit ulang
percobaan Miller-Uley dalam bentuk virtual reality, ini sangat kompleks dengan
kemungkinan aktivitas alam yang terus bergejolak. Percobaan itu terus bergerak
maju, sampai jutaan tahun kemudian dan tebak apa yang akhirnya muncul?
Nanti dulu guys, kita mundur
sejenak.
Novel ini telah menginformasikan fakta-fakta
dunia yang belum pernah aku dengar, seperti adanya parlemen agama-agama dunia, ratusan
pemimpin spiritual dan hampir lebih dari 30 agama di dunia berkumpul di suatu
lokasi, sekali dalam setahun, menghabiskan waktu seminggu untuk melakukan
dialog. Tujuannya untuk membina keharmonisan di antara agama-agama dunia,
membangun jembatan di antara berbagai kerohanian, dan merayakan pertemuan semua
keyakinan.
Lalu introduction persentase Edmond mengangkat
fakta-fakta mengerikan yang dilakukan atas dasar agama, misalnya Ritual Kuil
Grishneshwar (India), dll.
Edmond meresahkan tindakan yang
mengatas namakan agama.
Selain itu istilah yang cukup asing
mulai membanjiri isi kepalaku seperti semantic, agnostic, antis-semitisme,
heterodoks, dll. Semua ini gue kira nggak cukup diidentifikasi lewat kamus,
perlu disesuaikan dengan konteks dan kondisi yang sedang terjadi saat itu.
Berkaitan dengan ini, gue potong salah
satu kalimat menarik dari Edmond
“Istilah ‘ateis’ bahkan seharusnya
tidak ada. Kita tidak punya istilah bagi orang yang ragu.”
Tak kalah menarik juga adalah spot-spot
megah yang disuguhi DB dalam novel ini seperti Museum Guggenham Bilbao, Jembatan
La Salve, Palacio Real Madrid, Restoran Etxanobe, Casa
Mila La Pedrera, Gereja Katolik Palmarian, Basilica de la Sagrada Familia, dan masih
banyak lagi. Bukan hanya tentang keindahan arsitekturnya tapi makna dan sejarah
dibalik pendirian bangunan itu. Amat berfaedah!
Museum Guggenham Bilbao |
Melirik sejenak cerita lain dalam origin yakni kisah percintaan antara Ambra Vidal dan Pangeran Julian. Btw, ini adalah janjian tempat kencan pertama kali mereka. Haha. Entah mengapa gue ngerasa DB cukup kejam memangkas ceita mereka. Haha. Yaeyalah ini novel mystery bukan romansa, plak!
Jangan salah kaprah dulu guys. Gue bisa semelankolis ini karena kisah cinta mereka ini dilanda kegalauan yang mengancam masa depan kerajaan. Setelah ketergesaan dan kelebayan Julian meramal Ambra di tengah suatu acara LIVE. Demi menjaga kehormatan pangeran itu, Ambra tidak punya pilihan selain menerima. Sepuluh menit setelah kegagalan cara romantisnya itu, mereka berdua berdialog,
"Aku tidak bisa punya anak. Karena infeksi ganas di masa lalu menyebabkan aku.....mandul" kalimat Ambra menggelegar di punggung Pangeran itu.
Jadi guys, masih mau mempertahankan prinsip "Aku mencintaimu, aku tidak peduli dengan masa lalumu."
This is so heart breaking!
Casa Mila La Pedrera (Tampak Samping): Ini merupakan salah satu apartemen tempat tinggal Edmond Kirsch |
Basilica De La Sagrada Familia |
Tangga Spiral Sagrada (tampak dari Jauh) |
Tangga spiral sagrada (tampak dari dekat), cover novel Origin |
Okeh, kita balik ke pembahasan, jadi
apa jawaban Edmond atas dua pertanyaan tadi. Jawabannya:
“tidak ada”
“belum bisa dipecahkan”
Namun
Edmond masih bersikeras untuk membuktikannya secara ilmiah dengan curahan
harapan masa depan. Melalui Winston, robot, temuan sekaligus teman diskusinya
itu, dia pernah bercerita “Jika dia bisa meyakinkan orang untuk menghormati
alam semesta dan hukum fisika yang menciptakan kita, setiap budaya akan memuja
kisah Penciptaan yang sama, alih-alih berperang memperjuangkan mitos kuno mana
yang paling tepat. Dia yakin bahwa fakta-fakta ilmiah yang bersifat universal
dapat menyatukan manusia-menjadi titik penyatuan generasi-generasi masa depan.
Sebuah kepercayaan universal yang menyatukan manusia.”
Jadi
guys, apa pendapatmu? Kebenaran ada di luar sana. Bacalah!
Untuk
mendapatkan artikel dengan pembahasan yang lebih lengkap. Kalian bisa hubungi
saya lewat
email : nita.letter@gmail.com
email : nita.letter@gmail.com
WA : 089687961483
Terimakasih sudah mampir.
Terimakasih sudah mampir.
0 komentar: