Begitu synopsis yang dilansir dalam
laman IMDb, Internet Movie Database. Situs yang kerap kali jagoan dalam SEO
ini, selalu muncul dalam daftar teratas di mesin pencari. Tidak salah memberi
gelar kepadanya sebagai situs terbaik, terutama dalam memberikan rekomendasi
film lewat rating nya.
Film Bilal mandapat rating sampai
8,6/10. Ini benar-benar menabjubkan mengingat rating 7,5 saja sudah bisa
dibilang rekomendasi. Rating yang tinggi ini tidak semulus perjalanan film
sampai bisa hadir di layar lebar Amerika. Parahnya, gaung film ini tidak
terdengar di bioskop Indonesia (Jika aku keliru, komen di bawah ya guys).
Film ini baru mulai tayang di
bioskop Amerika sejak 2 Februari 2018, padahal sudah tayang perdana di festival
Film Dubai ke 12 sejak Desember 2015. Film ini pun baru berhasil tayang di timur
tengah dan afrika utara tanggal 9 September 2016. Brajoun Entertainment, yang
memproduksi film Bilal berhasil menggandeng distributor film Vertical
Entertainment sampai kemudian menembus pasar Amerika. Terlepas kasat kusut
dibalik distribusi film Bilal, berkaitan dengan lembaga sensor dan lain-lain, yang
penting semua orang sekarang sudah bisa menikmatinya lewat streaming atau download
melalui situs kesayangan masing-masing. Ya you know lahhh.
Aku bertekad untuk ngereview film
ini untuk menangkis beberapa hujatan dari berbagai oknum, tak tanggung-tanggung
yang bersangkutan ada juga yang berasal dari kalangan jurnalis. Dalam situs
terkenal pula. Memang gue tahu film rating 9 pun, pasti tetap ada kekurangannya.
Tapi yang disampaikan oknum jurnalis itu benar-benar tidak bisa diterima. 44%
orang memilih emoji marah dalam survey terhadap artikel tersebut. Come on! IMDb
saja sudah menilai film ini luar biasa! Film ini bahkan memenangkan penghargaan
sebagai “The best Inspiring Movie” di festival film Cannes.
Berkaitan dengan film Bilal yang
tayang di USA, ternyata dubbing asli sudah diubah menjadi bahasa inggris.
Mungkin supaya menjangkau lebih banyak pemirsa. Namun bagi kita yang sudah
pernah dengar kisah Bilal, harap menonton versi dubbing arab ya. WAJIB!
Untungnya aku ada modal dikit
mengenai kosa kata bahasa arab, namun tetap aja subtitle bahasa Indonesia yang
tersedia kurang memuaskan. Wahai kamu yang bisa bahasa arab, bolehkah kita
bertemu dan sama-sama membahas dialog film ini? Heuheuheu.
Sejujurnya, aku agak khawatir
mereview film ini megingat aku belum khatam kitab sirah karangan Syaikh
Shafiyyurrahman dan al-Mubarakfuri. Namun menurut laman behtareen, film ini
melibatkan 11 peneliti yang melakukan riset selama 8 tahun untuk mendekati keakuratan
dengan sejarah sebenarnya. Mungkin kita boleh acungkan jutaan jempol terhadap
kerja keras ini. Tidak ada distorsi sejarah.
Selain itu, film ini juga masuk
kategori PG-13, artinya perlu pengawasan orang tua untuk anak di bawah 13 tahun.
Lagi-lagi ada saja bahasan kontroversil yang berusaha memadamkan keapikan film
ini. Ada yang menilai film ini tidak layak ditonton anak-anak karena banyak
menampilkan adegan kekerasan. Ampun deh! Masih banyak film lain yang lebih parah
di luar sana, tak lain tak bukan adalah anime.
Okeh, kita langsung ke intinya. Film
ini membuat gue nangis berkali-kali, entah sebab apa aku amat sensitive kala
itu. Mulai dari saat ibunya Bilal ditangkap pasukan kerajaan, kemudian saat
bilal (remaja) dicambuk tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Cukup sudah, lewatkan
kesedihanku ini.
Sebaliknya, gue mulai kegirangan banget sejak
lihat detail baju dan aksesories di menit pertama film. Ini seperti melihat
desain baju Dior super mahal. Lalu kemunculan pemuka agama dengan pakaiannya
yang wow. Sutra, emas, dan penuh detail. Wait, lu nonton film atau nyari
inspirasi desain baju? haha.
Kegirangan gue menjadi 3 kali lipat
setelah melihat adegan elang yang terbang menemani majikannya mengendarai kuda.
Tak lain tak bukan, dia adalah Hamzah, Pamannya Rasulullah SAW. Astaga dia lebih
tampan dari Umayyah ibnu Khalf bahkan anaknya. Berbicara tentang rupa fisik,
aku kira ini bagian dari fiksi dan hiburannya. Film ini menyesuaikan alur menurut sejarah tapi
fisik lebih dimiripkan kepada beberapa pengisi suara dari tokoh-tokoh yang ada.
Beberapa ya, tidak semuanya.
Dalam film ini sosok Rasulullah
tidak dianimasi. Sungguh penghormatan yang mulia.
Kegirangan gue makin menggila
semenjak tau instrumen dibalik film Bilal diciptakan oleh Hans Zimmer. Oh my
God! Composer paling sukses dalam jagad ini. Bapak ini yang menghidupkan
film-film Hollywood melalui musiknya seperti Pirates of Caribbean, Avatar,
Inception, The Dark Knight, Interstellar, dan masih banyak lagi.
Okeh, okeh, hentikan euphoria
berlebihan ini. Sorry guys, hehe.
Yuk, kita lanjut!
Beberapa artikel menyebutkan bahwa
film ini menyamarkan unsur dakwah islam. Aku setuju, tapi aku ingin menambahkan
bahwa ini adalah fase awal dakwah dimana nilai-nilai aqidah sedang ditanamkan.
Jangan cepat mencibir hanya karena melihat ada yang tidak berhijab.
Peperangan
yang ditampilkan dalam film ini hanya ada 2, yakni Perang Badar dan perang
Uhud. Perang Uhud pun hanya menampilkan Hamzah yang martir.
Memang
tidak secara keseluruhan menggambarkan sebab perang Badar, namun bagi kalian
yang masih bingung dengan perang, atau seringkali dikacaukan oleh ungkapan “Islam
disebarkan dengan pedang”. Aku ingin mencoba membantu bahwa Islam sangat menjunjung
tinggi nyawa manusia, tidak perduli agamanya apa. Allah Ta’ala
berfirman,
مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ
أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ
أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا
“Barangsiapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al Maidah: 32).
Lantas kenapa harus ada perang?
Tidak, tidak seinstan itu, wahai
kaum pemakan mie! Haha. Selalu ada tindakan preventif sebelum perang.
Logis saja, kaum muslimin telah
diperlakukan tidak baik oleh tetangga bahkan kerabatnya sendiri. Selama 13
tahun, gue tegasin lagi selama lebih dari satu decade, mereka mencoba menahan
diri. Untuk menghindari tekanan yang semakin merajalela, mereka mengalah, pindah
ke Madinah, harta mereka di Mekah dirampas begitu saja oleh ignorance quraisy.
Menurut kitab sirah yang aku baca,
sebelum perang Badar, turun ayat-ayat yang memperbolehkan perang (ayat
madaniyah) seperti Al Hajj 39 dan 41. Walaupun udah pindah dari Mekah, kaum ignorance
(sebutan lain jahiliyah) masih terus mengancam eksistensi kaum muslimin.
Rasulullah mulai membentuk gerakan militer, lebih kepada aktivitas patroli
pemantauan, sebagai upaya memperingatkan kaum ignorance yang sok berkuasa.
Semoga dengan hal ini mereka lebih memilih jalan perdamaian dan gencatan
senjata.
Sayangnya mereka terus berpaling
dari kebenaran.
Jadi dengan kondisi begini, apakah
perang itu salah?
Apakah penindasan tidak perlu
dilawan? Apakah diam adalah kebenaran?
Silahkan pilih jawaban kalian.
Kebenaran ada di luar sana. Bacalah.
Untuk
mendapatkan artikel dengan pembahasan yang lebih lengkap. Kalian bisa hubungi
saya lewat
email : nita.letter@gmail.com
WA : 089687961483
TULISAN
INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK RIZKA SUHANI. TERIMAKASIH HADIAH BUKU SIRAHNYA.
0 komentar: