OPTIMALISASI PROGRAM KKBPK
MENURUNKAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK, MENINGKATKAN KUALITAS
LINGKUNGAN.
Yunita Kusumawardani
nita.letter@gmail.com
Mahasiswa Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Tanjungpura, Indonesia
I. PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia
begitu optimis memasuki generasi emas 2045. Pada saat itu kemerdekaan Indonesia
mencapai usianya yang ke-100. Pemerintah gencar memberikan instruksi kepada
jajarannya untuk merealisasikan generasi emas 29 tahun mendatang, berbagai kebijakan
diatur sedemikian rupa guna memperlanncar proses pencapaiannya. Berbagai
masalah yang menghadang terus diatasi agar tidak memupuskan harapan kedatangan
generasi emas.
Pertumbuhan penduduk
yang kian pesat menjadi masalah serius bagi Indonesia. Pasalnya peningkatan
jumlah penduduk berimplikasi pada tuntutan pemenuhan fasilitas hidup yang lebih
banyak lagi. Menurut Asisten Deputi Urusan Limbah Domestik (2002) penyediaan
kebutuhan seperti sandang dan pangan, perumahan, dan berbagai sarana dan
prasarana tersebut berarti mengkonsumsi sumber daya alam lebih banyak. Sehingga
eksploitasi terhadap sumber daya alam akan terus terjadi. Disamping itu
kegiatan penduduk di dalam melaksanakan pembangunan yang tidak mencerminkan
kepedulian terhadap lingkungan telah pula menyebabkan terjadi kerusakan dan
pencemaran, yang berakibat semakin merosotnya kualitas lingkungan. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang diharapkan dapat memberikan kesejahteraan
bagi kehidupan manusia justru membuat masalah lingkungan semakin
memprihatinkan.
Selain menegaskan
adanya persoalan, sudah sangat banyak kebijakan untuk mengatasi masalah
kependudukan dan lingkungan hidup. Sosialisasi program Kependudukan dan KB Pembangunan
Keluarga (KKBPK) oleh BkkBN merupakan salah satu solusi yang sudah diterapkan.
Meskipun ada dampak positif, namun program KKBPK belum bisa optimal mengubah
pola pikir masyarakat, yakni untuk menempatkan penduduk sebagai modal dasar dan
faktor dominan yang harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan.
Jumlah penduduk yang besar, namun dengan kualitas rendah akan memperlambat
tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan
daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Formulasi
permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana mengoptimalkan program KKBPK tersebut.
Apabila melihat realita sekarang ini, pertumbuhan penduduk Indonesia selalu
meningkat sepanjang tahun namun tidak dibarengi dengan upaya penyebaran jumlah
penduduk secara merata. Pulau Jawa merupakan wilayah yang memiliki populasi penduduk
Indonesia paling banyak. Sementara itu, populasi penduduk yang paling sedikit
terdapat di wilayah Maluku dan Papua. Oleh karena itu, keberhasilan program
KKBPK oleh BkkbN dapat terhambat tanpa adanya koordinasi dan penyamaan
kebijakan lintas sektor terhadap permasalahan yang muncul.
II. PERTUMBUHAN & KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA
. Indonesia menduduki peringkat ke empat sebagai negara dengan
jumlah penduduk terbanyak, setelah pada posisi pertama ditempati Cina, kemudian
India, dan Amerika (lampiran 1). Sensus kependudukan mencatat laju pertumbuhan penduduk
Indonesia mencapai 1,49% per tahun maka setiap tahunnya akan terjadi
pertambahan penduduk sekitar 3,5 juta lebih, bahkan diprediksi pada tahun 2025
jumlah penduduk Indonesia akan menembus angka 300 juta jiwa.
Jika ditinjau dari luas wialayah yang ada, Indonesia
tidak termasuk negara yang padat penduduknya. Pasalnya kepadatan penduduk
adalah jumlah penduduk dibandingkan luas wilayah pada suatu tempat, yaitu
jumlah penduduk tiap satu km2 atau tiap satu mil. Di anatara
negara-negara ASEAN, Singapura merupakan negara yang paling padat penduduknya. Indonesia
berada pada urutan ke lima setelah Singapura, Filipina, Vietnam, dan Thailand (lampiran 2).
Masalah kepadatan
penduduk Indonesia adalah adanya persebaran penduduk yang tidak merata antara
penduduk yang berada di Jawa dan luar Jawa. Meskipun penduduk Jawa sendiri
mengalami angka fertilitas yang rendah, namun konsentrasi penduduk di Jawa
masih tetap besar. Hal ini dipicu karena tingkat migrasi yang besar ke pulau
Jawa. Selain itu, tingginya arus urbanisasi mendatangkan masalah yang lebih
kompleks di daerah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan.
III. DAMPAK LINGKUNGAN YANG TERJADI
Sebagaimana disebutkan di muka bahwa pertambahan penduduk
juga berimplikasi pada tuntutan pemenuhan fasilitas hidup yang lebih banyak.
Dengan pertambahan jumlah penduduk yang terjadi maka akan mengakibatkan
peningkatan konsumsi utuk memenuhi kebutuhan seperti sandang pangan, lahan dan
perumahan, perkantoran, sarana transportasi, penyediaan air minum, listrik dan
lain sebagainya, sehingga berpengaruh terhadap keseimbangan alam. Berikut ini
akan disajikan kasus-kasus yang pernah muncul di wilayah yang memiliki
kepadatan penduduk yang tinggi.
A.
Pencemaran Air
Salah satu indikator air yang tercemar dapat dilihat dari segi
fisik, biologi dan kimianya. Dari segi fisik dapat dikenali berdasarkan
perubahan warna atau rasa. Kemudian dari segi biologi dapat ditinjau dari
kandungan bakteri patogen yang hidup di dalam air. Dari segi kimia dapat
dianalis berdasarkan nilai pH, atau kadar logam berat yang terkandung di
dalamnya.
Pencemaran air
dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya yakni aktivitas pabrik yang
menghasilkan limbah. Pertambahan penduduk yang mengakibatkan tingginya permintaan
akan produksi pertanian, membuat pabrik pupuk berkembang cukup pesat di
berbagai wilayah Indonesia. Baru-baru ini muncul berita ditemukan ribuan ton
ikan mati di Sungai Musi akibat limbah yang berasal dari Pabrik Pupuk (Selengkapnya
dapat dilihat melalui laman http://palembang.tribunnews.com/2016/06/16/sehari-ribuan-ikan-mati-diduga-disebabkan-limbah-perusahaan).
Gambar 1. Ribuan Ikan Mati di Sungai Musi (Sumber gambar: Tribunnews Palembang) |
Tanpa aktivitas pemulihan maka boleh jadi air sungai yang sudah tercemar ini
juga mengkontaminasi kesehatan penduduk yang ada di sekitar, mengingat sungai
masih dimanfaatkan sebagai sarana untuk mandi dan mencuci.
B.
Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah dapat dipicu dengan hadirnya TPA (landfill)
yang beroperasi dengan sistem open dumping. Keretakan pada area dasar
penimbunan sampah dapat meresap ke dalam lapisan tanah sehingga menurunkan
bahkan menghilangkan kesuburan tanah. Hal ini membawa efek domino bagi
ketersediaan air bersih. Pasalnya banyaknya sumber air permukaan (danau,
sungai) yang sudah tercemar, membuat penduduk khususnya di daerah perkotaan memanfaatkan
air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya. Air tanah yang ikut terserap
logam berat yang berasal dari sampah yang ada di TPA akan masuk ke dalam
sumur-sumur galian dan menghantui kesehatan warga.
Keophousone
Phonhalath, peneliti yang berasal dari Universitas Nasional Laos menemukan air
limbah yang berasal dari TPA Piyungan yang ada di Yogyakarta sudah mencemari
air tanah di sekitarnya (2012). Kandungan logam berat seperti Mn dan Fe pada
air tanah berada pada kondisi yang sangat mengkhawatirkan (Selengkapnya dapat
dilihat melalui laman http://ugm.ac.id/id/berita/4026-kualitas.air.tanah.sekitar.tpa.piyungan.tercemar.logam.berat.dan.kimia.organik).
Gambar 2. Ilustrasi Landfill dengan Sistem Operasi Open Dumping (Sumber gambar: Equator.co.id) |
C.
Pencemaran Udara
Pertambahan penduduk yang ditandai dengan makin tingginya aktivitas
kesehariannya dapat dijumpai pada jalanan di daerah kota-kota besar yang sesak
dipenuhi dengan kendaraan. Emisi yang dihasilkan dari mesin kendaraan telah
mengotori udara di daerah perkotaan.
Indonesia akan
menghadapi permasalahan pencemaran udara yang didominasi oleh emisi kendaraan
bermotor, sehingga apabila tidak ada langkah-langkah yang diambil maka kondisi
udara perkotaan akan mengalami pencemaran berat. Sebagai akibat pencemaran
udara yang terjadi, sebagian telah menyebabkan menurunnya IQ anak-anak akibat
meningkatnya konsentrasi Pb. Kementerian Lingkungan Hidup mengungkapkan pada
tahun 1990 kerugian akibat menurunnya IQ diperkirakan sebesar Rp. 176 milyar,
dan jumlah ini akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.
IV. PERAN
KEPENDUDUKAN DAN KB PEMBANGUNAN KELUARGA (KKBPK)
Sebagaimana dikutip dalam laman www.bkkbn.go.id, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BkkbN) selaku lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam upaya pencapaian
kinerja di bidang kependudukan dan keluarga berencana telah menyusun Rencana
Strategis (Renstra) BkkbN 2015-2019. Kepala BkkbN, Ir.Ambar Rahayu, MNS
mengatakan, tahun ini merupakan tahun pertama implementasi Rencana Pembangunan
jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Di mana program Kependudukan, KB
dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) masuk dalam 9 agenda prioritas pembangunan
(Nawacita) pada butir ke-5 yang menyebutkan "Meningkatkan Kualitas Hidup
Manusia Indonesia."
Seiring dengan rencana tersebut,
sosialisasi mulai dikampanyekan oleh pejabat BkkbN maupun tenaga Penyuluh KB
(PKB) atau Petugas Lapangan KB (PLKB). Tidak sampai disitu, program KKBPK diharapkan dapat dilakukan pula secara
mandiri oleh masyarakat melalui peranan tokoh formal dan tokoh non formal. Adapun
informasi yang diberikan adalah sosialisasi program 4T yaitu terlalu muda
menikah, terlalu sering melahirkan, terlalu tua untuk melahirkan dan terlalu
banyak anak (4T). 4T tersebut kalau bisa ditekan maka akan menurunkan angka
kelahiran sehingga kualitas keluarga akan meningkat serta menjadi keluarga yang
sejahtera sesuai dengan amanah UU No. 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga.
Gambar 5. Salah satu aktivitas Penyuluh KB |
Selain sosialisasi 4T, program ini
juga memberikan arahan berupa pendidikan kependudukan yang lebih difokuskan
pada siswa di sekolah mulai SD, SLTP hingga SLTA yang mencakup hal-hal yang
berkaitan dengan penduduk dan perkembangannya di Indonesia, dampak kependudukan
terhadap lingkungan hidup serta bagaimana mengelola penduduk agar dapat
mendukung pembangunan.
V. GAGASAN UNTUK MENGOPTIMALKAN PROGRAM KKBPK DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
LINGKUNGAN
Berangkat dari
Rencana Pembangunan jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 BkkbN, program
KKBPK dikemas sedemikian rupa guna mengatasi masalah laju pertumbuhan penduduk.
Namun, program yang dicanangkan tersebut tidak bisa terlaksana tanpa dukungan
dan kerja sama dengan mitra kerja mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Menteri
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani
membenarkan bahwa tanpa adanya sinergitas antar lembaga dan instansi, maka
program-program prioritas pemerintah akan sulit dicapai.
Adapun solusi yang digagas oleh
penulis untuk mengoptimalkan implementasi program KKBPK dalam meningkatkan
kualitas lingkungan dipaparkan sebagai berikut:
1.
Mengoptimalkan
penggunaan alat kontrasepsi bagi pria. Pengalaman
penulis berdiskusi dengan seorang mahasiswa bidan memberikan informasi bahwa
selama ini hanya wanita yang terlalu dibebankan dengan penggunaan alat
kontrasepsi (pil KB). Tanpa bermaksud mengesampingkan perihal agama, lelaki
memiliki kebebasan untuk menikah lebih dari satu kali dan memiliki anak lagi.
Maka dari itu penggunaan alat kontrasepsi seperti vasektomi juga perlu
ditekankan pada pria, tentunya tanpa menyelewengkan hak-hak yang ada.
Gambar 6. Optimalisasi alat kontrasepsi bagi pria (Sumber gambar: www.theplaidzebra.com) |
2.
Mengoptimalkan
transmigrasi. BkkbN bersama
pejabat transmigrasi dapat saling bekerja sama dalam menurunkan laju arus
urbanisasi. Penyuluh KB dapat melakukan arahan guna mencegah penduduk desa yang
ingin merantau ke kota yang padat penduduknya. Sementara itu, pihak transmigrasi
terus berupaya memindahkan warga dari wilayah yang penduduknya padat ke wilayah
yang jarang penduduknya dengan tetap memperhatikan prinsip keadilan.
Gambar 7. Salah satu slogan transmigrasi (Sumber gambar: singularination.blogspot.com) |
3.
Mendukung
segala upaya untuk melestarikan alam dan merevitalisasi lingkungan yang rusak. Program KKBPK yang mensosialisasikan dampak kependudukan terhadap masalah
lingkungan kepada kaum pelajar dapat melibatkan pembicara yang berasal dari
Badan Lingkungan Hidup (BLH), WWF, maupun badan/organisasi yang memiliki visi
yang sama untuk menjaga keseimbangan alam. Dengan demikian, diharapkan tumbuh
generasi yang cerdas dan bijaksana dalam memanfaatkan sumber daya alam, serta
mampu menggunakan teknologi berbasis green chemistry.
Gambar 8. Sustainable World (Sumber gambar: www.thirdecology.com) |
Mengadopsi quote yang
berbunyi ”cara berubah itu mulai dari diri sendiri” maka penulis mengajak sobat
blogger untuk sama-sama membuka pintu dari gerbang generasi emas 2045,
dengan turut serta meminimalisir dampak kependukan terhadap lingkungan mulai
dari diri sendiri. Beberapa hal kecil yang dapat kita lakukan diantaranya:
1.
Jangan
membuang sampah yang mengandung logam berat (seperti baterai) sembarangan.
2.
Kurangi
kebiasaan menggunakan plastik saat berbelanja (membawa kantong belanja
sendiri).
3.
Bergabung
dengan komunitas peduli lingkungan atau secara aktif dan kreatif memanfaatkan peranan
media sosial untuk mewujudkan environmental sustainability,
semisal 3R (Reduce, Reuse, and Recycle).
VI.
PENUTUP
Salah satu hambatan mewujudkan generasi emas 2045 adalah lajunya
pertumbuhan penduduk yang memboncengi masalah lingkungan di Indonesia. Pencemaran
air, tanah, dan udara yang sulit tertangani akan menjadi ancaman bagi generasi
mendatang Namun sekiranya BkkbN telah mencanangkan program KKBPK untuk
menghilangkan ancaman itu. Rencana ini perlu dieksekusi dengan melibatkan dukungan
dan kerjasama dari seluruh pihak sehingga diharapkan masalah ini dapat
diselesaikan secara tuntas.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2 (Sebaran kepadatan penduduk di wilayah Indonesia)
DAFTAR RUJUKAN
http://news.liputan6.com/read/2174726/harapan-baru-bangkitnya-program-pembangunan-keluarga
http://www.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List=9c6767ad-abfe-48e3-9120-af89b76d56f4&View=174a5cf7-357b-4b83-a7ac-be983c5ddb0e&ID=2626
http://pengasih.kulonprogokab.go.id/files/artikel%20kb.pdf
Laporan akhir BkkbN Gorontalo (http://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/330/DAMPAK-PERTUMBUHAN-PENDUDUK-TERHADAP-KONDISI-BIO-FISIK-LINGKUNGAN-DI-GORONTALO.pdf)
Asisten Deputi Urusan Limbah Domestik. 2002. Tekanan Penduduk dan Dampak Terhadap Lingkungan. (seminar). (http://www.bkkbn.go.id/arsip/Documents/Perpustakaan/ALIH%20MEDIA%202012/022/29.%20Tekanan%20Penduduk%20Dan%20Dampak%20Terhadap%20Lingkungan.pdf)
Sudarsono, Agus. 1983. Dampak Pertumbuhan Penduduk dan Masalah Lingkungan Hidup. (Pidato). (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/drs-agus-sudarsono/PERTUMBUHAN%20PENDUDUK%20DAN%20MASALAH%20LINGKUNGAN%20HIDUP.pdf)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2 (Sebaran kepadatan penduduk di wilayah Indonesia)
DAFTAR RUJUKAN
http://news.liputan6.com/read/2174726/harapan-baru-bangkitnya-program-pembangunan-keluarga
http://www.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List=9c6767ad-abfe-48e3-9120-af89b76d56f4&View=174a5cf7-357b-4b83-a7ac-be983c5ddb0e&ID=2626
http://pengasih.kulonprogokab.go.id/files/artikel%20kb.pdf
Laporan akhir BkkbN Gorontalo (http://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/330/DAMPAK-PERTUMBUHAN-PENDUDUK-TERHADAP-KONDISI-BIO-FISIK-LINGKUNGAN-DI-GORONTALO.pdf)
Asisten Deputi Urusan Limbah Domestik. 2002. Tekanan Penduduk dan Dampak Terhadap Lingkungan. (seminar). (http://www.bkkbn.go.id/arsip/Documents/Perpustakaan/ALIH%20MEDIA%202012/022/29.%20Tekanan%20Penduduk%20Dan%20Dampak%20Terhadap%20Lingkungan.pdf)
Sudarsono, Agus. 1983. Dampak Pertumbuhan Penduduk dan Masalah Lingkungan Hidup. (Pidato). (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/drs-agus-sudarsono/PERTUMBUHAN%20PENDUDUK%20DAN%20MASALAH%20LINGKUNGAN%20HIDUP.pdf)
0 komentar: