Kependudukan Indonesia

By | 6/16/2016 02:12:00 PM Leave a Comment


OPTIMALISASI PROGRAM KKBPK
MENURUNKAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK, MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN.

Yunita Kusumawardani
nita.letter@gmail.com
Mahasiswa Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Tanjungpura, Indonesia


I. PENDAHULUAN
            Bangsa Indonesia begitu optimis memasuki generasi emas 2045. Pada saat itu kemerdekaan Indonesia mencapai usianya yang ke-100. Pemerintah gencar memberikan instruksi kepada jajarannya untuk merealisasikan generasi emas 29 tahun mendatang, berbagai kebijakan diatur sedemikian rupa guna memperlanncar proses pencapaiannya. Berbagai masalah yang menghadang terus diatasi agar tidak memupuskan harapan kedatangan generasi emas.
            Pertumbuhan penduduk yang kian pesat menjadi masalah serius bagi Indonesia. Pasalnya peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada tuntutan pemenuhan fasilitas hidup yang lebih banyak lagi. Menurut Asisten Deputi Urusan Limbah Domestik (2002) penyediaan kebutuhan seperti sandang dan pangan, perumahan, dan berbagai sarana dan prasarana tersebut berarti mengkonsumsi sumber daya alam lebih banyak. Sehingga eksploitasi terhadap sumber daya alam akan terus terjadi. Disamping itu kegiatan penduduk di dalam melaksanakan pembangunan yang tidak mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan telah pula menyebabkan terjadi kerusakan dan pencemaran, yang berakibat semakin merosotnya kualitas lingkungan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diharapkan dapat memberikan kesejahteraan bagi kehidupan manusia justru membuat masalah lingkungan semakin memprihatinkan.
            Selain menegaskan adanya persoalan, sudah sangat banyak kebijakan untuk mengatasi masalah kependudukan dan lingkungan hidup. Sosialisasi program Kependudukan dan KB Pembangunan Keluarga (KKBPK) oleh BkkBN merupakan salah satu solusi yang sudah diterapkan. Meskipun ada dampak positif, namun program KKBPK belum bisa optimal mengubah pola pikir masyarakat, yakni untuk menempatkan penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan yang harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar, namun dengan kualitas rendah akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
            Formulasi permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana mengoptimalkan program KKBPK tersebut. Apabila melihat realita sekarang ini, pertumbuhan penduduk Indonesia selalu meningkat sepanjang tahun namun tidak dibarengi dengan upaya penyebaran jumlah penduduk secara merata. Pulau Jawa merupakan wilayah yang memiliki populasi penduduk Indonesia paling banyak. Sementara itu, populasi penduduk yang paling sedikit terdapat di wilayah Maluku dan Papua. Oleh karena itu, keberhasilan program KKBPK oleh BkkbN dapat terhambat tanpa adanya koordinasi dan penyamaan kebijakan lintas sektor terhadap permasalahan yang muncul.
II. PERTUMBUHAN & KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA
            . Indonesia menduduki peringkat ke empat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak, setelah pada posisi pertama ditempati Cina, kemudian India, dan Amerika (lampiran 1). Sensus kependudukan mencatat laju pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,49% per tahun maka setiap tahunnya akan terjadi pertambahan penduduk sekitar 3,5 juta lebih, bahkan diprediksi pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia akan menembus angka 300 juta jiwa.
             Jika ditinjau dari luas wialayah yang ada, Indonesia tidak termasuk negara yang padat penduduknya. Pasalnya kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk dibandingkan luas wilayah pada suatu tempat, yaitu jumlah penduduk tiap satu km2 atau tiap satu mil. Di anatara negara-negara ASEAN, Singapura merupakan negara yang paling padat penduduknya. Indonesia berada pada urutan ke lima setelah Singapura, Filipina, Vietnam, dan Thailand (lampiran 2).
            Masalah kepadatan penduduk Indonesia adalah adanya persebaran penduduk yang tidak merata antara penduduk yang berada di Jawa dan luar Jawa. Meskipun penduduk Jawa sendiri mengalami angka fertilitas yang rendah, namun konsentrasi penduduk di Jawa masih tetap besar. Hal ini dipicu karena tingkat migrasi yang besar ke pulau Jawa. Selain itu, tingginya arus urbanisasi mendatangkan masalah yang lebih kompleks di daerah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan.
III. DAMPAK LINGKUNGAN YANG TERJADI
            Sebagaimana disebutkan di muka bahwa pertambahan penduduk juga berimplikasi pada tuntutan pemenuhan fasilitas hidup yang lebih banyak. Dengan pertambahan jumlah penduduk yang terjadi maka akan mengakibatkan peningkatan konsumsi utuk memenuhi kebutuhan seperti sandang pangan, lahan dan perumahan, perkantoran, sarana transportasi, penyediaan air minum, listrik dan lain sebagainya, sehingga berpengaruh terhadap keseimbangan alam. Berikut ini akan disajikan kasus-kasus yang pernah muncul di wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.
A.    Pencemaran Air
            Salah satu indikator air yang tercemar dapat dilihat dari segi fisik, biologi dan kimianya. Dari segi fisik dapat dikenali berdasarkan perubahan warna atau rasa. Kemudian dari segi biologi dapat ditinjau dari kandungan bakteri patogen yang hidup di dalam air. Dari segi kimia dapat dianalis berdasarkan nilai pH, atau kadar logam berat yang terkandung di dalamnya.
            Pencemaran air dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya yakni aktivitas pabrik yang menghasilkan limbah. Pertambahan penduduk yang mengakibatkan tingginya permintaan akan produksi pertanian, membuat pabrik pupuk berkembang cukup pesat di berbagai wilayah Indonesia. Baru-baru ini muncul berita ditemukan ribuan ton ikan mati di Sungai Musi akibat limbah yang berasal dari Pabrik Pupuk (Selengkapnya dapat dilihat melalui laman http://palembang.tribunnews.com/2016/06/16/sehari-ribuan-ikan-mati-diduga-disebabkan-limbah-perusahaan). 
Gambar 1. Ribuan Ikan Mati di Sungai Musi (Sumber gambar: Tribunnews Palembang)
Tanpa aktivitas pemulihan maka boleh jadi air sungai yang sudah tercemar ini juga mengkontaminasi kesehatan penduduk yang ada di sekitar, mengingat sungai masih dimanfaatkan sebagai sarana untuk mandi dan mencuci.
B.     Pencemaran Tanah
            Pencemaran tanah dapat dipicu dengan hadirnya TPA (landfill) yang beroperasi dengan sistem open dumping. Keretakan pada area dasar penimbunan sampah dapat meresap ke dalam lapisan tanah sehingga menurunkan bahkan menghilangkan kesuburan tanah. Hal ini membawa efek domino bagi ketersediaan air bersih. Pasalnya banyaknya sumber air permukaan (danau, sungai) yang sudah tercemar, membuat penduduk khususnya di daerah perkotaan memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya. Air tanah yang ikut terserap logam berat yang berasal dari sampah yang ada di TPA akan masuk ke dalam sumur-sumur galian dan menghantui kesehatan warga.
            Keophousone Phonhalath, peneliti yang berasal dari Universitas Nasional Laos menemukan air limbah yang berasal dari TPA Piyungan yang ada di Yogyakarta sudah mencemari air tanah di sekitarnya (2012). Kandungan logam berat seperti Mn dan Fe pada air tanah berada pada kondisi yang sangat mengkhawatirkan (Selengkapnya dapat dilihat melalui laman http://ugm.ac.id/id/berita/4026-kualitas.air.tanah.sekitar.tpa.piyungan.tercemar.logam.berat.dan.kimia.organik). 
Gambar 2. Ilustrasi Landfill dengan Sistem Operasi Open Dumping (Sumber gambar: Equator.co.id)
C.    Pencemaran Udara
            Pertambahan penduduk yang ditandai dengan makin tingginya aktivitas kesehariannya dapat dijumpai pada jalanan di daerah kota-kota besar yang sesak dipenuhi dengan kendaraan. Emisi yang dihasilkan dari mesin kendaraan telah mengotori udara di daerah perkotaan.
 
Gambar 3. Kemacetan di DKI Jakarta (Sumber Gambar: korannonstop.com)
            Indonesia akan menghadapi permasalahan pencemaran udara yang didominasi oleh emisi kendaraan bermotor, sehingga apabila tidak ada langkah-langkah yang diambil maka kondisi udara perkotaan akan mengalami pencemaran berat. Sebagai akibat pencemaran udara yang terjadi, sebagian telah menyebabkan menurunnya IQ anak-anak akibat meningkatnya konsentrasi Pb. Kementerian Lingkungan Hidup mengungkapkan pada tahun 1990 kerugian akibat menurunnya IQ diperkirakan sebesar Rp. 176 milyar, dan jumlah ini akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.
IV. PERAN KEPENDUDUKAN DAN KB PEMBANGUNAN KELUARGA (KKBPK)
 
Gambar 4. Logo Badan Kependudukan dan KB Nasional
            Sebagaimana dikutip dalam laman www.bkkbn.go.id, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) selaku lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam upaya pencapaian kinerja di bidang kependudukan dan keluarga berencana telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) BkkbN 2015-2019. Kepala BkkbN, Ir.Ambar Rahayu, MNS mengatakan, tahun ini merupakan tahun pertama implementasi Rencana Pembangunan jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Di mana program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) masuk dalam 9 agenda prioritas pembangunan (Nawacita) pada butir ke-5 yang menyebutkan "Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia  Indonesia."
            Seiring dengan rencana tersebut, sosialisasi mulai dikampanyekan oleh pejabat BkkbN maupun tenaga Penyuluh KB (PKB) atau Petugas Lapangan KB (PLKB). Tidak sampai disitu, program KKBPK diharapkan dapat dilakukan pula secara mandiri oleh masyarakat melalui peranan tokoh formal dan tokoh non formal. Adapun informasi yang diberikan adalah sosialisasi program 4T yaitu terlalu muda menikah, terlalu sering melahirkan, terlalu tua untuk melahirkan dan terlalu banyak anak (4T). 4T tersebut kalau bisa ditekan maka akan menurunkan angka kelahiran sehingga kualitas keluarga akan meningkat serta menjadi keluarga yang sejahtera sesuai dengan amanah UU No. 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga.
Gambar 5. Salah satu aktivitas Penyuluh KB 


            Selain sosialisasi 4T, program ini juga memberikan arahan berupa pendidikan kependudukan yang lebih difokuskan pada siswa di sekolah mulai SD, SLTP hingga SLTA yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan penduduk dan perkembangannya di Indonesia, dampak kependudukan terhadap lingkungan hidup serta  bagaimana mengelola penduduk agar dapat mendukung pembangunan. 
 
V. GAGASAN UNTUK MENGOPTIMALKAN PROGRAM KKBPK DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN
            Berangkat dari Rencana Pembangunan jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 BkkbN, program KKBPK dikemas sedemikian rupa guna mengatasi masalah laju pertumbuhan penduduk. Namun, program yang dicanangkan tersebut tidak bisa terlaksana tanpa dukungan dan kerja sama dengan mitra kerja mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani membenarkan bahwa tanpa adanya sinergitas antar lembaga dan instansi, maka program-program prioritas pemerintah akan sulit dicapai.
            Adapun solusi yang digagas oleh penulis untuk mengoptimalkan implementasi program KKBPK dalam meningkatkan kualitas lingkungan dipaparkan sebagai berikut:
1.      Mengoptimalkan penggunaan alat kontrasepsi bagi pria. Pengalaman penulis berdiskusi dengan seorang mahasiswa bidan memberikan informasi bahwa selama ini hanya wanita yang terlalu dibebankan dengan penggunaan alat kontrasepsi (pil KB). Tanpa bermaksud mengesampingkan perihal agama, lelaki memiliki kebebasan untuk menikah lebih dari satu kali dan memiliki anak lagi. Maka dari itu penggunaan alat kontrasepsi seperti vasektomi juga perlu ditekankan pada pria, tentunya tanpa menyelewengkan hak-hak yang ada.
 
Gambar 6. Optimalisasi alat kontrasepsi bagi pria (Sumber gambar: www.theplaidzebra.com)
2.      Mengoptimalkan transmigrasi. BkkbN bersama pejabat transmigrasi dapat saling bekerja sama dalam menurunkan laju arus urbanisasi. Penyuluh KB dapat melakukan arahan guna mencegah penduduk desa yang ingin merantau ke kota yang padat penduduknya. Sementara itu, pihak transmigrasi terus berupaya memindahkan warga dari wilayah yang penduduknya padat ke wilayah yang jarang penduduknya dengan tetap memperhatikan prinsip keadilan.
 
Gambar 7. Salah satu slogan transmigrasi (Sumber gambar: singularination.blogspot.com)
3.      Mendukung segala upaya untuk melestarikan alam dan merevitalisasi lingkungan yang rusak. Program KKBPK yang mensosialisasikan dampak kependudukan terhadap masalah lingkungan kepada kaum pelajar dapat melibatkan pembicara yang berasal dari Badan Lingkungan Hidup (BLH), WWF, maupun badan/organisasi yang memiliki visi yang sama untuk menjaga keseimbangan alam. Dengan demikian, diharapkan tumbuh generasi yang cerdas dan bijaksana dalam memanfaatkan sumber daya alam, serta mampu menggunakan teknologi berbasis green chemistry.
Gambar 8. Sustainable World (Sumber gambar: www.thirdecology.com)
            Mengadopsi quote yang berbunyi ”cara berubah itu mulai dari diri sendiri” maka penulis mengajak sobat blogger untuk sama-sama membuka pintu dari gerbang generasi emas 2045, dengan turut serta meminimalisir dampak kependukan terhadap lingkungan mulai dari diri sendiri. Beberapa hal kecil yang dapat kita lakukan diantaranya:
1.      Jangan membuang sampah yang mengandung logam berat (seperti baterai) sembarangan.
2.      Kurangi kebiasaan menggunakan plastik saat berbelanja (membawa kantong belanja sendiri).
3.      Bergabung dengan komunitas peduli lingkungan atau secara aktif dan kreatif memanfaatkan peranan media sosial untuk mewujudkan environmental sustainability, semisal 3R (Reduce, Reuse, and Recycle).
VI. PENUTUP
Salah satu hambatan mewujudkan generasi emas 2045 adalah lajunya pertumbuhan penduduk yang memboncengi masalah lingkungan di Indonesia. Pencemaran air, tanah, dan udara yang sulit tertangani akan menjadi ancaman bagi generasi mendatang Namun sekiranya BkkbN telah mencanangkan program KKBPK untuk menghilangkan ancaman itu. Rencana ini perlu dieksekusi dengan melibatkan dukungan dan kerjasama dari seluruh pihak sehingga diharapkan masalah ini dapat diselesaikan secara tuntas.

DAFTAR LAMPIRAN
 Lampiran 1










Lampiran 2 (Sebaran kepadatan penduduk di wilayah Indonesia)










DAFTAR RUJUKAN
http://news.liputan6.com/read/2174726/harapan-baru-bangkitnya-program-pembangunan-keluarga
http://www.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List=9c6767ad-abfe-48e3-9120-af89b76d56f4&View=174a5cf7-357b-4b83-a7ac-be983c5ddb0e&ID=2626
http://pengasih.kulonprogokab.go.id/files/artikel%20kb.pdf
Laporan akhir BkkbN Gorontalo (http://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/330/DAMPAK-PERTUMBUHAN-PENDUDUK-TERHADAP-KONDISI-BIO-FISIK-LINGKUNGAN-DI-GORONTALO.pdf)
Asisten Deputi Urusan Limbah Domestik. 2002. Tekanan Penduduk dan Dampak Terhadap Lingkungan. (seminar). (http://www.bkkbn.go.id/arsip/Documents/Perpustakaan/ALIH%20MEDIA%202012/022/29.%20Tekanan%20Penduduk%20Dan%20Dampak%20Terhadap%20Lingkungan.pdf)
Sudarsono, Agus. 1983. Dampak Pertumbuhan Penduduk dan Masalah Lingkungan Hidup. (Pidato). (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/drs-agus-sudarsono/PERTUMBUHAN%20PENDUDUK%20DAN%20MASALAH%20LINGKUNGAN%20HIDUP.pdf)
 

 


Newer Post Older Post Home

0 komentar: