LABORATORIUM
KIMIA
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
2015
PERCOBAAN V
PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP AKTIVITAS ENZIM AMILASE
A.
TUJUAN
1.
Membuktikan
pengaruh konsentrasi enzim amilase terhadap laju hidrolisis substrat (amilum).
2.
Menganalisi
faktor lain yang mempengaruhi kinerja enzim.
F.
PEMBAHASAN
Reaksi
enzimatis merupakan suatu reaksi dengan menggunakan penambahan katalis enzim.
Enzim berfungsi untuk mempercepat suatu reaksi kimia organik. Salah satu faktor
yang mempengaruhi kerja dari enzim adalah konsentrasi, yaitu baik dari konsentrasi
enzim itu sendiri maupun dari konsentrasi substrat.
Dalam percobaan
ini amilum berperan sebagai substrat, sedangkan saliva merupakan sumber enzim
amylase, sedangkan larutan Iodium berperan sebagai indikator perubahan warna
dari larutan uji.
Pertama-tama dilakukan pembuatan larutan uji yakni dengan
menyiapkan 2 kelompok tabung yang masing-masing terdiri dari 5 tabung reaksi.
Kelompok I yang terdiri dari tabung I sampai dengan V, masing-masing diisi
dengan enzim secara berturut-turut sebanyak 0,1 ml ; 0,2 ml ; 0,3 ml ; 0,4 ml ;
0,5 ml. Kelompok II yang terdiri dari
tabung VI sampai dengan X, masing-masing diisi dengan enzim secara
berturut-turut sebanyak 0,5 ml ; 0,6 ml ; 0,7 ml ; 0,8 ml ; 0,9 ml. Semua
kelompok tabung diencerkan dengan air suling sampai volumenya menjadi 1 ml.
Perlakuan ini membuat perbedaan konsentrasi tiap tabung, sehingga konsentrasi
enzim pada tabung X menjadi yang paling besar. Selanjutnya, semua tabung
ditambahkan 2 ml amilum 1% dan dikocok, pengocokan berfungsi untuk membantu
mempercepat reaksi antara enzim dengan substrat. Lalu semua tabung ditempatkan
dalam penangas air dalam suhu di atas 50oC. Fungsi pemanasan di sini
adalah menghambat sedikit kerja enzim, namun dapat membantu mengubah amilum
(polisakarida) menjadi molekul yang lebih sederhana. Selama proses ini, larutan
uji (yang mengandung amilum) akan terhidrolisis secara parsial.
Setelah pemanasan selesai, larutan uji dikeluarkan dari
penangas dan didinginkan sejenak agar mendekati suhu optimum (37oC).
Selanjutnya adalah dilakukan penambahan 2 tetes iod ke setiap tabung untuk
melihat seberapa jauh hidrolis amilum dalam larutan uji. Pengujian dengan iod
dilakukan di luar penagas kerena untuk menghindari terjadinya bumping. Iod
sebagai indicator yang akan membentuk kompleks dengan amilum yang masih
memiliki rantai helix yang ditandai dengan munculnya kompleks warna. Adapun
reaksi negatif yang ditandai dengan ketidakmunculan warna akibat iod tidak
dapat membentuk kompleks lagi dengan molekul monosakarida (glukosa).
Hasil percobaan menunjukkan bahwa semua larutan uji yang
ditetesi iod hanya mengalami perubahan warna menjadi kuning pucat. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan uji telah mengalami denaturasi, yaitu baik enzim
maupun substratnya. Denaturasi dapat terjadi kerena kelalaian praktikan saat
proses pemanasan yang mencapai suhu lebih tinggi dari 60oC sehingga enzim
mengalami perubahan struktur tiga dimensisnya dan mengalami perubahan sisi
aktif (penurunan sifat spesifik) dan amilum telah terhidrolis semua menjadi
banyak molekul monosakarida atau glukosa. Atau dapat disebakan pula karena
saliva praktikan yang sedang bermasalah.
Padahal menurut teori, setiap tabung akan menunjukkan warna
yang berbeda akibat adanya perbedaan konsentrasi enzim yang terkandung di
dalamnya, dimana makin besar konsentrasi enzim makin banyak pula produk
(glukosa) yang dihasilkan sehingga dapat dinyatakan bahwa laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi enzim. Larutan amilum merupakan polisakarida yang dapat
dihidrolisis oleh enzim amilase pada saliva sehingga menjadi glukosa. Dalam hal
ini laju reaksi paling tinggi seharusnya terdapat pada tabung no X dengan indikator
warna kuning pucat sampai tidak berwarna, karena telah terhidrolisis semua menjadi
glukosa. Sehingga dapat diprediksikan secara berturut-turut melalui tabel di
bawah ini :
Nama Tabung
|
Konsentrasi Enzim dalam 3 ml
larutan uji
|
Warna dengan iodium
|
Hasil Hidrolisis
|
X
|
0,9 ml
|
Kuning pucat sampai tidak berwarna
|
Glukosa
|
VII-IX
|
0,6 ml ; 0,7 ml ; 0,8 ml
|
Kuning pucat
|
Maltosa
|
V-VI
|
0,5 ml
|
Kuning coklat
|
Akrodekstrin
|
IV
|
0,4 ml
|
Merah
|
Eritrodekstrin
|
III
|
0,3 ml
|
Violet
|
Amilopektin
|
II
|
0,2 ml
|
Ungu
|
Amilopektin
|
I
|
0,1 ml
|
Biru
|
Amilosa
|
G. KESIMPULAN
1.
Makin
besar konsentrasi enzim makin banyak pula produk (glukosa) yang
dihasilkan sehingga dapat dinyatakan bahwa laju reaksi berbanding lurus dengan
konsentrasi enzim
2.
Konsentrasi
enzim amylase paling tinggi terdapat pada tabung no X sehingga seharusnya
dihasilkan larutan uji yang tidak berwarna sampai kuning pucat.
3.
Konsentrasi
enzim amylase paling sedikit terdapat pada tabung no. I sehingga seharusnya
dihasilkan larutan uji dengan warna biru pekat.
4.
Iod
berfungsi sebagai indicator yang menunjukkan keberadaan banyak sedikitnya
amilum yang sudah terhidrolisis parsial.
5.
Selain
konsentrasi enzim, suhu juga dapat mempengaruhi kerja enzim.
6.
Enzim
akan mengalami denaturasi pada suhu lebih dari 60oC.
0 komentar: