Volunteer (Jiwa yang Ingin Dibangkitkan)

By | 6/21/2014 12:14:00 PM Leave a Comment


(18 September 2013) Malam itu aku masih dihantui rasa bimbang untuk gabung menjadi AB volunteer. Berhari-hari aku menimbang-nimbang untuk mengambil keputusan bahkan sampai deadline malam itu, aku masih ragu. Hal yang paling aku ragukan adalah komitmenku sendiri.  Entah mengapa senyum anak-anak itu membuatku lebih condong ingin bergabung walaupun dengan niat tidak komplit 100%.
                Sampai pada pengumuman lolos administrasi-pun perasaanku masih biasa-biasa aja. Karena harus melewati sesi wawancara, jadi dengan penuh kesadaran aku mempersiapkan diri, walaupun seadanya. Motivasiku saat itu karena ingin lebih berkontribusi saja, seperti yang dituliskan dalam brosur.

Masih banyak motivasi yang lain, namun cukuplah aku dan interviewer saja yang tahu. Hehe. Tanpa sengaja, aku bertemu sahabatku, Jannah. Aku kira dia ada tugas mengajar di Excellence, ternyata dia juga mengikuti rekruitmen AB Volunteer. May be it’s a fate that we can’t be separate. LOl. Cukuplah kehadiran Jannah menaikkan moodku mengikuti sesi wawancara.
                Kini tibanya giliranku diwawancarai. Dalam ruangan, aku bertemu dengan orang-orang yang cukup familiar. They are one of inspired people in my life ! Namun tetap saja aku tidak terlalu rileks di dalam karena suasanya menyangkut formalitas dan profesionalitas.  Setelah wawancara itu, ada perasaan cemas dalam dadaku, “mungkinkah aku pantas diterima?” seandainya aku lebih ikhlas, mungkin saja pertanyaan wawancara dapat ku jawab lebih lancar.
***
                Finally, pengumuman itu tiba. Aku menerima sms ucapan selamat karena lolos menjadi anggota AB Volunteer angkatan 2. Perasaan tak enak-pun muncul, karena dalam sms itu tertera jadwal training yang bersamaan dengan jadwal praktikum kimia. Well, passion memang selalu mengalahkan priority, because priority is a duty ! Aku harus meminta izin kepada pengurus AB untuk datang telat. Mereka mengizinkan!
                Sesampainya di sana, betapa terkejutnya aku masih disambut dengan ramah oleh mereka dan di sanalah kali pertama aku bertemu dengan 9 orang teman-teman yang lolos seleksi AB Volunteer termasuk Jannah. Tak ku sangka, masih ada 1 orang yang lebih telat daripada aku. Aku sangat terkejut mengapa orang ini bisa menjadi bagian dari relawan pendidikan, sebut saja Boncai. Penampilannya membuat kami semua terkejut, dan lebih terkejut ketika melihat perawakannya yang humoris, he is the ice breaker!
                Dalam training itu, aku tidak terlalu enjoy, karena menurutku ini terlalu kekanak-kanakan. Well, can you see, niatku masih incomplete 100%. Disinilah kepribadian melankolis-ku diuji. Sampai pada saat break, aku mulai berbincang dengan semua volunteer dan sedikit bicara tentang background masing-masing, and I knew that all of them is awesome! Next training section, aku berusaha lebih fleksibel. Astaga! Aku hampir kehilangan emosi-emosiku dan seakan-akan berjiwa kosong. Bersyukur bisa ikut training ini! Hahaha.
yunita-kusumawardani.blogspot.com
AB Volunteer Angkatan 2

                Ternyata, tidak juga selalu kekanak-kanakan, saat penyampaian materi, aku dibuat terkagum dengan jiwa leadership para pengurus AB Volunteer. And I knew, This is the right decision to spend my youth spirit! Become a volunteer!
                Unfortunately, aku gak bisa full ikut training, karena ada kegiatan dari pihak pemberi beasiswa. Thanks to abang Fadly yang sudah mengisi kekosonganku saat outbond !
                Lagi-lagi saat ada survey ke lokasi mengajar pertama kali, aku tidak bisa ikut karena ada praktikum kimia. Oh Man, That’s annoying !
***
                (Oktober 2013) Hari pertama aku turun mengajar. Bahkan alam menantang tekadku dengan awan cumulus nimbus. Aku masih buta lokasi kala itu, sehingga aku harus menunggu rombongan yang lain. Aku menunggu sendirian di halte siantan, selama 1 jam, dengan perasaan was-was kalau ada preman.
                Akhirnya trio datang, siapa trio? Siapa lagi kalau bukan Imam, Tia, dan Neneng. Tanpa berlama-lama, kami langsung tancap gas ke desa sungai selamat. “Hujan itu nikmat!” hibur bang Imam kala itu. Well, he may not wrong. Disinilah tantangannya.
                Seperti daerah pelosok kebanyakan di Kalbar, deretan rumput tinggi, pohon pakis, dan meniram menghiasi pinggiran jalan raya yang sepi. Kala itu, awan mulai pamit dan membuka langit biru, namun jejak gerimis masih turun ke bumi dengan riangnya. Perjalanan semakin menantang ketika memasuki jalan kebangsaan nasional, tidak ada aspal melainkan tanah kuning alluvial, dan pastinya, becek dan licin. Kau tidak pernah tau tanda kedalaman air ketika menemukan suatu genangan. Tapi, akan lebih baik jika melewati tepiannya. Walaupun demikian, hamparan kebun sayur bayam, papaya dan aloevera terlihat menabjubkan. Banyak pick up yang sedang bersiap-siap membawa sayur mayur itu ke kota. Tiba-tiba muncul dalam kepalaku, “dimana ya bukit sampah?”
Setelah kira-kira 45 menit, akhirnya kami sampai di Lembaga Pesantren Miftahusshalihin Desa Sungai Selamat. Well, ini tidak benar-benar pesantren menurut sepengetahuan kita pada umumnya. Tidak ada penginapan. Sekolah ini tidak didirikan oleh pemerintah, melainkan semangat warga sekitar. Sekolah ini juga digunakan untuk PAUD.
Walaupun sedang turun hujan, kami sangat terkejut melihat anak-anak ini tetap menunggu kehadiran kami dengan antusias. Aku, aku merasa sangat bahagia


(To be Continued)
Newer Post Older Post Home

0 komentar: