(18 September
2013) Malam itu aku masih dihantui rasa bimbang untuk gabung menjadi AB volunteer.
Berhari-hari aku menimbang-nimbang untuk mengambil keputusan bahkan sampai deadline
malam itu, aku masih ragu. Hal yang paling aku ragukan adalah komitmenku
sendiri. Entah mengapa senyum anak-anak
itu membuatku lebih condong ingin bergabung walaupun dengan niat tidak komplit
100%.
Sampai
pada pengumuman lolos administrasi-pun perasaanku masih biasa-biasa aja. Karena
harus melewati sesi wawancara, jadi dengan penuh kesadaran aku mempersiapkan
diri, walaupun seadanya. Motivasiku saat itu karena ingin lebih berkontribusi
saja, seperti yang dituliskan dalam brosur.
Masih banyak motivasi yang lain, namun
cukuplah aku dan interviewer saja yang tahu. Hehe. Tanpa sengaja, aku bertemu
sahabatku, Jannah. Aku kira dia ada tugas mengajar di Excellence, ternyata dia
juga mengikuti rekruitmen AB Volunteer. May be it’s a fate that we can’t be separate.
LOl. Cukuplah kehadiran Jannah menaikkan moodku mengikuti sesi wawancara.
Kini
tibanya giliranku diwawancarai. Dalam ruangan, aku bertemu dengan orang-orang
yang cukup familiar. They are one of inspired people in my life ! Namun tetap
saja aku tidak terlalu rileks di dalam karena suasanya menyangkut formalitas
dan profesionalitas. Setelah wawancara
itu, ada perasaan cemas dalam dadaku, “mungkinkah aku pantas diterima?”
seandainya aku lebih ikhlas, mungkin saja pertanyaan wawancara dapat ku jawab
lebih lancar.
***
Finally,
pengumuman itu tiba. Aku menerima sms ucapan selamat karena lolos menjadi
anggota AB Volunteer angkatan 2. Perasaan tak enak-pun muncul, karena dalam sms
itu tertera jadwal training yang bersamaan dengan jadwal praktikum kimia. Well,
passion memang selalu mengalahkan priority, because priority is a duty ! Aku
harus meminta izin kepada pengurus AB untuk datang telat. Mereka mengizinkan!
Sesampainya
di sana, betapa terkejutnya aku masih disambut dengan ramah oleh mereka dan di
sanalah kali pertama aku bertemu dengan 9 orang teman-teman yang lolos seleksi
AB Volunteer termasuk Jannah. Tak ku sangka, masih ada 1 orang yang lebih telat
daripada aku. Aku sangat terkejut mengapa orang ini bisa menjadi bagian dari
relawan pendidikan, sebut saja Boncai. Penampilannya membuat kami semua terkejut,
dan lebih terkejut ketika melihat perawakannya yang humoris, he is the ice
breaker!
Dalam
training itu, aku tidak terlalu enjoy, karena menurutku ini terlalu
kekanak-kanakan. Well, can you see, niatku masih incomplete 100%. Disinilah
kepribadian melankolis-ku diuji. Sampai pada saat break, aku mulai berbincang
dengan semua volunteer dan sedikit bicara tentang background masing-masing, and
I knew that all of them is awesome! Next training section, aku berusaha lebih
fleksibel. Astaga! Aku hampir kehilangan emosi-emosiku dan seakan-akan berjiwa
kosong. Bersyukur bisa ikut training ini! Hahaha.
AB Volunteer Angkatan 2 |
Ternyata,
tidak juga selalu kekanak-kanakan, saat penyampaian materi, aku dibuat terkagum
dengan jiwa leadership para pengurus AB Volunteer. And I knew, This is the
right decision to spend my youth spirit! Become a volunteer!
Unfortunately,
aku gak bisa full ikut training, karena ada kegiatan dari pihak pemberi
beasiswa. Thanks to abang Fadly yang sudah mengisi kekosonganku saat outbond !
Lagi-lagi
saat ada survey ke lokasi mengajar pertama kali, aku tidak bisa ikut karena ada
praktikum kimia. Oh Man, That’s annoying !
***
(Oktober
2013) Hari pertama aku turun mengajar. Bahkan alam menantang tekadku dengan
awan cumulus nimbus. Aku masih buta lokasi kala itu, sehingga aku harus
menunggu rombongan yang lain. Aku menunggu sendirian di halte siantan, selama 1
jam, dengan perasaan was-was kalau ada preman.
Akhirnya
trio datang, siapa trio? Siapa lagi kalau bukan Imam, Tia, dan Neneng. Tanpa
berlama-lama, kami langsung tancap gas ke desa sungai selamat. “Hujan itu
nikmat!” hibur bang Imam kala itu. Well, he may not wrong. Disinilah
tantangannya.
Seperti
daerah pelosok kebanyakan di Kalbar, deretan rumput tinggi, pohon pakis, dan
meniram menghiasi pinggiran jalan raya yang sepi. Kala itu, awan mulai pamit
dan membuka langit biru, namun jejak gerimis masih turun ke bumi dengan
riangnya. Perjalanan semakin menantang ketika memasuki jalan kebangsaan
nasional, tidak ada aspal melainkan tanah kuning alluvial, dan pastinya, becek
dan licin. Kau tidak pernah tau tanda kedalaman air ketika menemukan suatu
genangan. Tapi, akan lebih baik jika melewati tepiannya. Walaupun demikian, hamparan
kebun sayur bayam, papaya dan aloevera terlihat menabjubkan. Banyak pick up
yang sedang bersiap-siap membawa sayur mayur itu ke kota. Tiba-tiba muncul
dalam kepalaku, “dimana ya bukit sampah?”
Setelah
kira-kira 45 menit, akhirnya kami sampai di Lembaga Pesantren Miftahusshalihin
Desa Sungai Selamat. Well, ini tidak benar-benar pesantren menurut
sepengetahuan kita pada umumnya. Tidak ada penginapan. Sekolah ini tidak
didirikan oleh pemerintah, melainkan semangat warga sekitar. Sekolah ini juga
digunakan untuk PAUD.
Walaupun
sedang turun hujan, kami sangat terkejut melihat anak-anak ini tetap menunggu
kehadiran kami dengan antusias. Aku, aku merasa sangat bahagia
(To be
Continued)
0 komentar: