Pekan Kimia adalah ambisi dari sekelompok orang yang disambut baik oleh
sekolah-sekolah. Betapa tidak, total hadiah yang dijanjikan mencapai angka 15 juta. Salah
satu perlombaan di dalamnya menawarkan hadiah utama senilai 2,5 juta. Jumlah
yang cukup bergengsi di tengah persaingan lomba lain, ditambah tingkat seleksi
berada dalam taraf provinsi. Sungguh menambah ketenaran bagi sekolah yang bisa menaklukan perlombaan-perlombaan yang disediakan.
Aku terlibat pertama kali dalam
kepanitiaan ini waktu semester 3-4 tahun 2014. Pada waktu itu, ketua Pekim
sempat berganti tanpa ada konfirmasi yang jelas di depan seluruh kepanitiaan. Walaupun
tidak berpengaruh banyak dalam kepanitiaan, namun tetap saja hal itu
mendatangkan tanda tanya.
Saat itu aku tidak punya cukup waktu
untuk mengejar jawabannya. Aku harus berkutat dengan tugas panitia, boleh
dibilang ini kali pertama aku harus begini begitu. Untungnya aku ditemani
senior terbaik dalam menyelesaikannya. Bang Suliono dan bang Benny adalah dua
dari sekian banyak senior yang melatih kemampuanku.
Tahun berganti, aku sudah mendapat
sinyal akan menjadi panitia pekim 2015. Beberapa pengalaman tidak menyenangkan
dalam kepanitian 2014 sempat membuatku menolak mengulurkan tangan kembali.
Namun kalimat sihir, kalau bukan kamu yang memperbaiki kesalahan tahun 2014
siapa lagi? membuatku bersedia bergabung dengan syarat mendapat jabatan
yang sama. Namun, skenario tidak berjalan sesuai kehendakku.
Siang itu aku mencoba bernegosiasi
untuk mempertahankan keinginanku, namun aku justru dihadapkan pada pilihan,
“Kalau kau tidak mau pegang jabatan
itu? Berati kau jadi ketuanya, dan aku yang pegang jabatan itu!”
Begitu kira-kira kalimat yang
menjatuhkan intelektualku. Aku adalah seorang debater tapi aku tidak
bisa membalas kalimat berbisa itu, melumpuhkanku.
“Ini benar-benar tidak adil!,” protesku.
Pikiranku sibuk menyalahkan
orang-orang yang berbuat seenaknya kepadaku. Pekan Kimia membutuhkan dana
hadiah sampai belasan juta, belum lagi dana lain untuk keperluan adminitrasi,
transportasi, dll. Itu bisa mendekati angka 50 juta. Aku dihantui rasa takut
akan kegagalan. Aku juga teramat khawatir mengenai kuliah yang mungkin
berantakan. Segala macam pikiran buruk terus menghantuiku sampai akhirnya aku
mencoba berdamai dengan semua itu.
Aku tidak begitu ingat siapa atau
apa yang membuatku belajar untuk banyak berusaha sebelum mengkhawatirkan segala
sesuatu, yang terpenting adalah aku mulai menyadari bahwa aku tidak sendirian
dalam menghadapi segala tantangan itu.
Aku mulai segala sesuatu dengan
memilih staf yang paling mumpuni, merapikan perkara kalimat dalam mekanisme
lomba, sampai menyusun tetek bengek proposal. Entah darimana aku mendapatkan
energi itu. Namun ada keinginan dalam diriku bahwa aku harus meninggalkan
warisan yang baik untuk kepanitiaan selanjutnya, sebab ini adalah kepanitiaan
terakhirku.
Singkat cerita, kepanitiaan ini
berakhir dengan kalimat mutiara dari Nelson Mandella “It Always Seems
Impossible Until It’s Done”. Tapi, ternyata ini barulah tangga pertama.
Berdasarkan pengalaman hidup dan
buku-buku yang aku baca, membuat aku makin menyadari kekurangan-kekurangan yang
ku sebut sebagai warisan. Ini bukan hanya tentang softfile tapi
ideologi yang diturunkan sebagai senior.
Hari ini tahun 2018 untuk pertama
kalinya aku merasa malu mengatakan diri ini yang paling peduli. Aku sempat
angkat tangan terhadap kepanitiaan Pekim 2016. Aku menjadi pahlawan kesiangan
pada kepanitiaan Pekim 2017. Pada tahun ini, aku menjadi saksi bahwa sikap antipati
antara angkatan satu dan lainnya merupakan cerminan dari perilaku turun temurun
dari senior sebelumnya, yang seolah-olah membudaya. Begini kira-kira pemikiran-pemikiran
yang keliru:
Ini bukan zamanku lagi! Jangan coba-coba menghubungi dan meminta
bantuan nyata dariku!
Aku udah ngasi saran, tapi ndak mereka laksanakan. Terserahlah!
Well, aku tidak mengatakan pemikiran
ini cerminan dari seluruh orang yang sedianya bertanggung jawab memperbaiki
pekan kimia. Semua ini butuh telaah mendalam, belum lagi setiap orang mempunyai
kendala-kendala lain yang terpaksa membuatnya tidak maksimal terlibat. Inilah
yang membuatku menghormati style kepedulian dari masing-masing orang
berbeda antara satu dan yang lain. Aku tidak lebih baik dari mereka, tapi aku
juga pahami bahwa aku berbeda.
Pelatihan Singkat Menuju Acara Puncak Pekan Kimia 2018 |
Aku membuka dialog dalam diriku sampai akhirnya menemukan beberapa jawaban kenapa mereka tidak melaksanakan saran yang diberikan oleh senior. Terlepas dari ketidakinisiatifan junior dalam membaca LPJ.
Pertama, saran yang disampaikan senior
sifatnya baik, namun karena disampaikan dengan nada yang salah, terdengar
seperti menjudge. Adakah disini ada yang senang dihujat?
Kedua, bukan mereka tidak
mendengarkan saran, tapi mereka bingung melaksanakan saran yang dimaksud.
Ketiga, mereka mengalami masalah
yang kompleks dalam kepanitiaan, namun senior terus memberikan saran tanpa
memberikan bantuan nyata. Hal ini justru hanya menambah tekanan.
Keempat, adanya sikap exclusivisme,
kurang membaur antara senior dengan junior membuat mereka tidak terbuka dalam
menceritakan masalah kepanitiaan. Sehingga saran dari senior menjadi tidak
tepat sasaran.
Kelima, belum adanya sikap dewasa
dalam diri senior sehingga lebih menyalahkan panitia daripada mencoba mengerti
kenapa mereka melakukan kesalahan tersebut.
Itulah beberapa poin yang aku
pelajari selama bergabung semampunya dalam kepanitiaan Pekim 2018. Sekaligus
aku ingin mendeklarasikan program nutrisi. Apa itu? Seperti yang tadi aku
bilang, semua orang punya style kepedulian masing-masing, namun yang
bisa semua orang lakukan adalah memberikan support konsumsi bagi kepanitiaan, 20K saja sudah bisa memberi minum seluruh panitia. Bayangkan betapa banyak pengorbanan yang panitia telah lakukan, kerja keras
mereka tidak pernah dibalas dengan upah. Dikritik banyak sekolah sudah pasti
adanya. Mungkin dengan segelas air mineral beserta biskuit bisa menambah
semangat bagi mereka, membuat hati mereka berdesir bahwa masih banyak orang yang mendukung kelencaran pekan
kimia untuk tahun berikutnya lagi dan lagi. Semoga dibalik kata selesai, tidak
ada kata usai untuk terus menjadi lebih baik.
Pencitraan hehe |
0 komentar: