Oleh: Bintang Suprianto
Mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura
Mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura
Sumber image: rizasahputra29.wordpress.com |
Sistem pendidikan di Indonesia secara umum masih menitik-beratkan pada kecerdasan
kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi sekolah-sekolah yang ada di
Indonesia yang masih disibukkan dengan ujian, latihan soal harian, dan pekerjaan rumah untuk memecahkan
pertanyaan di buku pelajaran yang biasanya tak relevan dengan kehidupan sehari-hari
dari para siswa. Hal ini berarti bahwa pendidikan di Indonesia saat ini lebih
cenderung untuk mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan
dengan mengabaikan pendidikan karakter. Sistem pendidikan seperti ini sangatlah berbeda dengan
sistem pendidikan di negara Australia
yang terkenal
sebagai negara yang sangat teratur dengan tingkat kehidupan yang cenderung
makmur. Para
orang tua di Australia lebih menekankan pada pembentukan sikap
disiplin dan karakter dari anak mereka sejak dini karena
mereka tahu itu lebih penting dari sekedar baca tulis di usia 3-5 tahun.
Karakter
adalah suatu hal yang sangat penting
dan merupakan kunci keberhasilan individu. Sebuah penelitian di Amerika memperoleh fakta bahwa 90% kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku
buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal
yang buruk. Selain itu, berdasarkan
penelitian di Harvard University
Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata
oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi juga sangat ditentukan oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan bahwa kesuksesan
hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya (80 persen) oleh soft skill. Bahkan orang-orang
tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung
kemampuan soft skill daripada hard skill. Kemampuan mengelola diri
dan orang lain (soft skill) tersebut termasuk dalam salah satu kajian dari
pendidikan karakter.
Pendidikan karakter sangatlah penting untuk diterapkan,
khususnya untuk para generasi muda penerus bangsa. Adapun tempat yang paling
strategis dan efektif untuk melaksanakan proses pendidikan karakter ini adalah
di lingkungan sekolah melalui proses pembelajaran sehari-hari. Strategi yang
dapat dilakukan adalah dengan menyisipkan pendidikan karakter dalam penyampaian
materi pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang dapat mendukung proses pendidikan
karakter ini adalah mata pelajaran kimia dengan berbagai materi/bahan ajar. Di
antara materi/bahan ajar tersebut adalah materi mengenai ikatan kimia.
Materi pelajaran ikatan kimia dapat mengajarkan dua
karakter penting sekaligus, yaitu
kerja sama dan suka memberi dalam hal
kebaikan. Karakter kerja sama ini dapat dikaitkan dengan konsep ikatan kimia
bahwa suatu unsur kimia dapat berikatan dengan unsur lain membentuk suatu
senyawa, baik itu yang berguna maupun yang tidak berguna bagi kehidupan
manusia. Contoh senyawa yang berguna adalah NaCl (garam dapur), sedangkan untuk
senyawa yang tidak berguna bagi kehidupan manusia contohnya adalah gas CO
(karbon monoksida) yang dapat menyebabkan keracunan. Garam dapur akan selalu dicari
karena manfaat yang ia berikan, sedangkan gas karbon monoksida akan selalu
dihindari karena sifatnya yang berbahaya. Konsep ini dapat mengajarkan kepada
siswa agar dapat selalu bekerja sama dan bersinergi dengan orang lain untuk
menghasilkan suatu hal yang bermanfaat dan bukan untuk menghasilkan hal-hal
yang merugikan orang lain.
Adapun untuk karakter suka memberi dapat kita kaitkan
dengan konsep pembentukan ikatan kimia. Proses pembentukan kimia ini dapat
terjadi antara dua unsur yang mana satu unsur memiliki kelebihan elektron
sedangkan unsur yang lain kekurangan elektron. Unsur yang memiliki elektron
berlebih akan memberikan elektronnya tersebut kepada unsur yang kekurangan
elektron untuk membentuk suatu ikatan kimia. Semakin banyak elektron berlebih
yang ia punya dan ia berikan kepada unsur lain untuk membentuk ikatan kimia,
semakin bernilai positiflah unsur tersebut. Contohnya adalah unsur Na yang
memiliki kelebihan 1 elektron akan bernilai +1 dan unsur Fe yang memiliki kelebihan
3 elektron untuk disumbangkan kepada unsur lain akan bernilai +3. Dari konsep
ini, elektron dapat kita analogikan dengan harta/rezeki yang kita miliki.
Semakin banyak rezeki yang kita berikan kepada orang lain untuk memperkuat tali
silaturahmi antar sesama, maka akan semakin bernilai positiflah kita, baik itu
di hadapan manusia maupun di hadapan sang Khalik. Oleh karena itu, konsep ini
dapat mengajarkan kepada siswa agar dapat selalu membantu orang lain dengan
cara berbagi rezeki yang mereka miliki.
0 komentar: