Kabupatenku, Mata Pencaharianku
Oleh: Yunita Kusumawardani
Hewan-hewan kecil berterbangan menuju
sorot lampu motor miliknya. Malam itu, di suatu jalan protokol Desa Jawa Tengah
lumayan gelap, jarak lampu penerang jalan cukup jauh antara satu dan lainnya.
Belum lagi di kiri kanan jalan hanya ada semak dan hutan. Wajar saja hewan-hewan
kecil tadi hanya menanggapi stimulus menuju sorot lampu kendaraan yang lewat.
Untung saja ia mengenakan kacamata jadi tidak perlu takut kelilipan akibat
hewan yang salah alamat alias bukan menuju sorot lampu justu menuju kelopak
mata pengendara yang malang.
Iapun sampai di rumahnya. Dengan
perlahan-lahan ia buka pintu rumah, muncul sang ibu sambil mengacungkan jari
telunjuk ke arah mukanya dan mulai mengomel
“Kau darimana saja? Sudah Sarjana tak
pandai mengatur waktu dan kegiatan, pasti kau mancing lagi kan?” oceh Ibunya
geram.
“Bukan sekedar mancing ini Mom, tapi...” penjelasannya terhenti
karena interupsi dari Ibunya.
“Mom mem mom mem...janganlah kau begaye
pakai bahasa inggris kalau kau
belum dapat pekerjaan!”
Ia kecewa pada Ibunya yang kurang
sabar dalam penantiannya memperoleh pekerjaan. Kadang ia juga galau kala
mengingat kembali ocehan Ibunya setahun lalu,
“Kau ini salah milih jurusan, kite ni tinggal di kampong. Cobe kau dulu
pilih jurusan pertanian, kali-kali bisa jadi Juragan.”
Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan
menarik napas panjang bahwa selama ia terus berusaha mengirimkan lamaran maka
kesempatan itu ibarat jodoh yang tidak akan lari kemana. Lagian Pak Mude adalah
seorang sarjana Hukum, bukan sarjana Pertanian, bisa juga jadi Bupati Kubu Raya.
Intinya, siapa yang mau berusaha pasti berhasil. Tuhan juga sudah
menjanjikannya.
***
“Aku pengen
jadi nelayan aja Yud,”
“Ngomong apa
kau? Dasar Ababil!” sahut Yuda terkekeh.
“Apaan
Ababil?” tanyanya Heran.
“ABG
labil...Sarjana kok nggak ngerti bahasa gaul, piye toh? Kita ini mancing bukan berarti jadi nelayan tapi cuma
ngisi perut aja, kalo pengangguran kayak kita makan di rumah orang tua, bisa
diomelin,” papar Yuda.
“Jangan
bawa-bawa Sarjana deh Yud! bikin kamek
down kau ni!” Jawabnya kesal.
“Santai
kawan, keberuntungan pasti datang!”
Tiba-tiba
beberapa warga berduyun-duyun menuju suatu arah. Ia terkejut ternyata yang
dituju warga untuk dilihat adalah Bule. Ia segera menghampiri bule itu dan
mengucapkan salam,
“Welcome to my village! I’m Farhan. Did u get
loss here?” Sambut Farhan sambil menyalami kedua bule itu.
“No, we waited for our guide, but he didn’t
come yet here. Could you help us?” Bule itu meminta.
“With my pleasure, what can I do for
you?”
“We come here for visiting the River
Tour. We want to know more about it, could u become our guide?”
“Of course!” Jawab Farhan dengan pe-denya.
Farhan merasa sangat senang dengan kehadiran bule-bule ini,
dia meminta Yuda untuk memberi jarak para warga agar tidak menganggu kenyamanan
wisatawan asing.
Farhan
mulai menjelaskan river tour menggunakan
bahasa inggris.
“Wisata sungai di sini sangat
menarik, kita bisa memancing berbagai jenis ikan tawar, ada juga udang galah,
serta sambil melihat-hilat keasrian hutan mangrove sekitar. Kualitas udara dan
air yang bebas dari polusi semakin menambah daya tarik wisata ini.”
Bule-bule itu mengangguk-anggukan
kepala dan sesekali merespon “Awesome!”
Farhan
melirik warga sekitar mulai memotret melalui kamera ponsel mereka, untuk
mengabadikan gambar si bule. Farhan meminta bule itu maklum dengan respon warga
yang demikian antusias.
***
Farhan
telah menyelesaikan profesi dadakannya jadi tour guide bersama bule tadi. Ia
lalu menghampiri Yuda yang sedang nongkrong di wartek,
“Yud,
aku dibayar pakai Dollar ni!” ceritanya sambil menunjukkan Dollar itu.
“Kok
Cuma selembar Han?!” Respon Yuda.
“Ini
100 dollar Yud, anggap aja Rp. 10.000 dikali 100, berapa?”
“Wah 1
juta, hebat kau Han! Tapi macam mana kau traktik aku pake ini?”
“Kita
ke Mandiri yok!”
“Sekarang?”
“Yo’i!”
Untungnya
jalan Trans Kalimantan sudah mulus, sehingga hanya perlu waktu 30 menit untuk
sampai di Bank Mandiri yang ada di jalan Tanjung Pura.
“Eh,
mau kemana kau Yud?”
“Masukl?!”
“Itu
tanda Close, berarti Banknya tutup.”
“Jadi
gimana la?”
“Kita
tanya Satpam.”
“Maaf
Pak, banknya sudah tutup ya? Kok cepat sekali?” tanya Farhan kepada Satpam di
pos jaga.
“Memang
iya Mas, jam 3 sore sudah tutup.”
“Memang
belum rezeki kita Yud.” Seru Farhan.
“Bukan
begitu Han, motor kita udah kehabisan premium, aku kira kalau dapat uang kita
bisa sekalian ngisi minyak.”
“Ha!
Jadi gimana kita pulang? Aku nggak punya uang selain ini dollar.”
“Meneketehe, apalagi kamek. Kita tidur di sini aja, besok banknya kan buka.”
“Hush!
Besok itu Minggu, Bank juga nggak bakal buka Yud. Lagian perut keroncongan mau
diisi pake apa. Mancing ikan?”
“Boleh
tu, sono ada sungai dekat korem!” ajak Yuda dengan polos.
“Gila koe!” Geram Farhan.
***
Tirai
hitam mulai menutup langin nan biru kemerah-merahan sore itu. Farhan dan Yuda
hanya duduk di pinggir trotoar, berharap ada kerabat atau tetangga yang melihat
kesulitan mereka.
Tiba-tiba
mobil Suzuki Swift silver berhenti di dekat mereka. Farhan dan Yuda
memperhatikan penampilan orang yang turun dari mobil dari atas sampai bawah, tampak
dari bawah orang tersebut hanya menggunakan sendal Swallow.
“Ni
orang kaya, pelit amat beli alas kaki?” pikir Farhan terheran-heran.
Ia
kemudian terkejut setelah melihat ke arah wajah orang itu, yang ternyata adalah
Ibunya.
“Mom,
eh, Ibu! Kok bisa ada di sini?”
“Kamu
boleh panggil Ibu, Mom. Ibu nggak nyangka dengan kehebohanmu tadi siang, ini
tour guide yang asli ingin mengucapkan terimakasih atas pertolongan kamu. Ibu
juga yang minta dianter nyariin kamu, sebab Ibu khawatir kamu nggak
pulang-pulang gara-gara uang segitu. Lagian kenapa kalian nongkrong di sini?”
jelas Ibunya panjang lebar.
“Ceritanya
panjang, kita pulang dulu aja Mom. Soalnya Farhan udah capek.”
“Maaf,
mas Farhan, saya Bisma. Saya mohon maaf atas kelalain saya tadi, namun saya
juga mengucapkan terimakasih atas pertolongan anda. Saya hanya ingin minta
waktu sebentar untuk mengajak anda bergabung ke dalam perusahaan kami,
bagaimana?”
“Alhamdulillah,
baiklah mas. Saya senang bekerjasama
dengan anda.” Jawab Farhan sambil menjabat tangan Bisma.
“Semoga
dengan hadirnya anda di perusahaan kami menambah daya tarik wisatawan yang
ingin berkunjung khususnya ke kabupaten Kubu Raya.”
Merekapun
melanjutkan perbincangan di restoran Dango.
Notes: cerpen ini masuk dalam entry http://kkryunitakusumawardani.blogspot.com dalam rangka lomba THE 1st ICT KUBU RAYA
Notes: cerpen ini masuk dalam entry http://kkryunitakusumawardani.blogspot.com dalam rangka lomba THE 1st ICT KUBU RAYA
0 komentar: