Assalamu’alaikum
Apa kabar sobat? Semoga
sehat wal’afiat, untuk yang sakit, semoga diberi kesembuhan.
Sobat punya sahabat
yang tak lekang oleh waktu gak? Kebetulan ane punya tiga. Mereka adalah
teman-teman ane pra-SD di atas balita. Namun, kami menjadi jarang bertemu
karena beberapa dari kami ada yang pindah ke Jakarta dan ada yang kuliah di
Bangka. Walaupun ada handphone or social media yang bisa buat kami tetap keep
in touch, tapi tetap kurang terjalin akibat kesibukan. Mereka berpulang ke
Pontianak karena suatu hal. Kemarin malam (12/10), kami menyempatkan diri hang
out bersama. Sayangnya, hanya Fidya dan Devi yang ikut, coz Uul lagi kerja.
Kedua teman ane itu
lagi ngidam banget makan Chai Kue sedangkan ane lagi ngidam sama Japanese food
atau junk food America. Cie ila, bahasanya... sebut aja Bento sama Pizza. Hehehe.
Tapi, ane harus ngalah, coz mereka kan cuma sebentar di Pontianak. T,T. Well,
mereka pengen banget makan Chai Kue, sebagai salah satu makanan khas dari
Pontianak.
Dengan kecepatan motor
40m/s, ane mengendari sepeda motor mengikuti dua teman ane itu di belakang,
takut mereka lupa rute jalan di Pontianak. Ckck. Kalau mau berkendara
berdampingan yang ada kena tampar klakson orang lain. Yaa, maklumlah, masih
banyak kisah A-Z yang ingin mereka curahkan satu sama lain di atas jok kendaraan. Tapi gak selembat ini juga kali bu. ckck.
Akhirnya, kita sampai
di jalan tamar pukul 19.30 WIB. Ini juga pengalaman pertama ane makan chai kue di salah satu
sudut kota Pontianak. Ane biasa makan chai kue eceran aja. Hehe.
Me |
Sobat juga mesti ke
sini deh! Chai kuenya lezat, “MakNyos!” kata Pak Bondan, cuman free smoking
area. Sebagai mahasiswa yang majornya di bidang kimia, ane tau banget gimana
karakteristik polusi dari asap rokok itu. I hate it.
Selanjutnya, kami
hunting di alun-alun Kapuas (dulu Korem). Tempat ini menjadi padat merayap
kalau malam minggu. Ane lebih setuju menyebut tempat ini “Pasar Malam”. Banyak
pedagang yang berjualan dagangan made in china (yang terkenal murah dan tidak
tahan lama) dan café-café yang mengambil area pejalan kaki di sana. Ruang gerak
pengunjung menjadi sempit dan kebersihan bukan suatu hal yang patut
dipertanyakana lagi. Pasti kotor! Astaga.
Eit ternyata, ada juga pedagang
yang menjual produk kerajinan tangan orang-orang Indonesia. Contohnya bros dan
corak cangkang umang-umang ini.
Salah satu spot lain
yang perlu menjadi background foto di Alun-Alun Kapuas adalah air mancurnya
yang terpolarisasi warna-warna lampu dan mancurnya mengikuti alunan musik.
Pokoknya malam itu,
capek tapi satisfied juga. Coz temu kangen bareng mereka. Ja ne ! / Mata ne!
0 komentar: