(Oleh: Yunita
Kusumawardani - Mahasiswa Pendidikan Kimia Angkatan 2012)
FKIP UNIVERSITAS TANJUNGPURA
Tidak
dapat dipungkuri bahwa guru merupakan salah satu dari deret profesi yang mulia.
Predikat guru sebagai Pahlawan Tanpa
Tanda Jasa tidak bisa dimaknai sempit dengan mengajar tanpa upah tiap
bulannya, karena guru juga perlu menunjang kehidupannya dari gaji hasil dia
mengajar. Guru tidak hanya menjadi seorang pengajar namun juga pendidik. Guru menyampaikan,
memberikan, dan mentransferkan ilmu yang dia miliki kepada murid-murid, dari
apa yang belum bisa menjadi bisa, dari apa yang tidak tahu menjadi tahu, dan
dari apa yang dikelirukan atau salah paham menjadi paham, serta yang tidak
kalah penting, guru mengarahkan muridnya ke jalan yang lurus sebagaimana yang
orang-orang baik perbuat.
Guru
adalah sosok yang paling berpengaruh di kalangan murid di sekolah. Oleh sebab
itu, guru menjadi model percontohan yang tidak kalah penting seperti public figure layaknya infotainment. Apapun yang dilakukan oleh
seorang guru akan menjadi contoh bagi seorang murid. Sehingga guru sering kali
menjadi bagian dari proses yang mempengaruhi pembentukan karakter seorang
murid. Semua murid paling mengimpikan kehadiran guru yang ideal dalam menunjang
studinya.
Dalam
prakteknya, guru yang sama sekali ideal tentu tidak ada. Guru juga seorang
manusia yang punya kekurangan. Sehingga satu guru saling melengkapi kekurangan
guru lainnya.
Guru
yang ideal tidak sama dengan guru yang sempurna, karena yang sempurna hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Guru ideal juga
tidak sama dengan guru rata-rata, karena level guru ideal lebih tinggi sedikit
dari guru rata-rata.
Kalau
ada tiga aspek nilai yang dipersyaratkan dalam isian buku laporan hasil belajar
siswa di sekolah, maka dapat kita analogikan pula dalam memaknai guru ideal. Ketiga
aspek yang dimaksud adalah kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Di
dalam aspek kognitif, guru ideal adalah seorang yang mempunyai kemampuan
intelektual di atas rata-rata. Kemampuan intelektual seorang guru dalam memberikan
sumbangsih ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada muridnya. Kemudian, pengetahuannya
akan penggunaan dan pengelolaan IPTEKS masa kini sehingga tidak kalah saing
dengan muridnya. Tidak sampai di situ, kemampuan kognitif seorang guru ideal
juga ditunjang dengan kempuannya dalam memecahkan masalah. Bagaimana guru dapat
menjawab pertanyaan ringan seorang siswa sampai pada pertanyaan yang terkadang melambung
jauh dari logika.
Di
dalam apek psikomotorik, guru ideal adalah seorang yang memiliki keterampilan
dalam ranah tertentu. Guru olahraga dapat mengajari muridnya berlatih voli,
basket, dan sebagainya. Di sisi lain, guru bimbingan konseling membimbing
langka-langkah pemecahan masalah dalam kehidupan. Kemampuan psikomotorik guru ideal
dapat dilihat dari keberhasilannya dalam menularkan kemampuan kepada muridnya baik
di dalam bidang akademik maupun yang non akademik.
Di
dalam aspek afektif, guru ideal adalah seorang yang memiliki sikap dan
nilai-nilai mulia yang tercermin dalam kesehariannya. Tidak hanya berupa sifat-sifat
terpuji yang ditampilkan namun juga penampilan. Guru yang ideal selalu
menampakkan wajah berseri-seri dan berpakian rapi yang menunjukkan totalitas kecintaanya
terhadap siapa yang akan dia hadapi di dalam kelas. Sekalipun semua murid di
dalam kelas itu jarang membuat hatinya senang, guru tersebut selalu melakukan dan
menampilkan yang terbaik di dalam kelas dimanapun ia mengajar. Sehingga guru
yang ideal kerap mampu menciptakan humor yang minimal dapat menyenangkan hatinya
terlebih membuat senyum tiga jari murid-muridnya.
Ketiga
aspek itu diharapkan memberikan efek jangka panjang kepada murid untuk
diamalkan dalam kehidupannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hal terpenting
dari guru ideal itu adalah bagaimana ia dapat masuk ke dalam memori tiap
muridnya dan tak pernah dilupakan sampai akhir hayat murid itu. Dengan catatan di
dalam memori tiap murid itu adalah hal-hal baik yang dapat menjadi panutan.
0 komentar: