Resensi Api Tauhid (Novel)

By | 5/13/2016 07:07:00 AM 3 comments


1.        Identitas Buku
Judul                    : Api Tauhid
Penulis                  : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit                : Republika
Halaman               : 588 hlm
Cetakan                : IX tahun 2015
ISBN                    : 978-602-8997-95-9


2.        Pratinjau
     Novel ini mengangkat kisah sejarah Badiuzzaman Said Nursi yang dihidangkan melalui perjalanan wisata ruhani enam pemuda. Penulis mengagumi Badiuzzaman Said Nursi karena akhlaknya yang terpuji dan karya masterpiece-nya yakni Rasa’ilun Nur. Novel ini juga ditulis karena dilatarbelakangi tawaran dari Ustadz asal Turki, Hasbi Sen, seorang Thullabun Nur (sebutan untuk para penghayat Risalah Nur) yang mengajak penulis berkeliling Istanbul. Dalam proses pengerjaan novel ini, penulis banyak didampingi rujukan-rujukan terpercaya maupun novel tentang Badiuzzaman Said Nursi yang pernal ditulis oleh Abdul Latip Talib (Malaysia) dan Salim Mahmud Salim (Mesir). Penulis tidak mengelakkan adanya kesamaan kronologi dari tulisan lain yang lebih dahulu terbit, namun adanya overlapping dengan kisah cinta tokoh utama dalam cerita, akan menjadi ibrah tersendiri bagi generasi muda di mana saja. Novel in pun banyak mendapat apresiasi dari berbagai kalangan.
3.        Isi
Unsur Intrinsik
a.       Tema
Tema yang terdapat dalam novel ini yakni historical, spiritual dan romance.
b.      Alur atau jalan cerita
Alur atau plot yang terdapat dalam novel ini adalah alur campuran, yakni menggabungkan antara alur maju dan mundur. Misalnya alur maju terdapat dalam kalimat “Siang nanti, kita jalan-jalan melihat-lihat Kota Kayseri.”, kemudian alur mundur terdapat dalam kalimat “Pada bulan Maret 1960, Fakirullah Mollazade mendengar kabar Said Nursi datang ke Urfa dalam kondisi sakit.”
c.       Latar atau setting
Latar atau setting yang terdapat dalam novel ini terdiri dari latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Latar tempat meliputi Istanbul (kota Kayseri-Gaziantep-Sanliurfa-Akcatekir-Konya-Isparta-Barla), Madinah, Mekkah dan kota Lumajang. Latar waktu meliputi pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari. Latar suasana dalam novel ini berselimut decah kagum namun diiringi rasa malu akan kejadian pada masa Turki-Utsmani dibandingkan dengan kondisi umat masa kini.
d.      Penokohan
Fahmi  : religius, penuh perhatian dan setia.
Nuzula : Labil, namun mudah menerima hidayah.
Aysel   : Sedikit acuh, suka berterus terang.
Hamza : Pintar.
Subki   : humoris.
Emel    : Pintar dan pemalu.
Tokoh Tambahan : Bapak dan Ibu Fahmi, Rahmi (adik Fahmi), Kyai Arselan (Ayah Nuzula), Carlos (mantan pacar Aysel).
e.       Sudut pandang
Sudut pandang dalam novel ini penulis sebagai orang ketiga (penulis sebagai pencerita).
f.       Gaya penulisan
Penulis cenderung menggunakan bahasa yang indah untuk menceritakan detail tempat dan kalimat yang menggugah jiwa melalui ayat-ayat Al-Qur’an maupun cara pandang tokoh utama dan ulama.
g.      Amanat
Amanat yang ingin disampaikan novel Api Tauhid ini adalah jangan pernah melupakan sejarah, karena sejarah akan membuat kita merasa lebih bertanggung jawab untuk meneruskan harapan para pejuang yang telah gugur.
Unsur Ekstrinsik
a.     Nilai moral
Nilai moral yang terdapat dalam novel dapat dilihat pada masing-masing tokoh dalam cerita. Secara keseluruhan tokoh dalam cerita ini memiliki moral yang baik, tetapi ada beberapa tokoh yang mempunyai moral kurang baik. Moral baik misalnya dalam tokoh Fahmi yang selalu menjaga pandangan terhadap yang haram.
b.      Nilai sosial
Nilai sosial yang terdapat dalam novel ini dapat dibuktikan dari tokoh Fahmi yang tidak sungkan memberikan bantuan kepada seorang Ibu pengungsi yang berasal dari Suriah.
c.       Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
Kelebihan dari novel ini adalah penulis berusaha menceritakan kronologi sejarah dari kehidupan Badiuzzaman Said Nursi dengan sangat sistematis. Agar mudah diingat dan dipahami oleh para pembaca, penulis menghadirkan dialog-dialog antara tokoh yang terlibat dalam novel berupa tanggapan dan kesan. Pembaca menjadi seperti terlibat dalam diskusi maupun wisata ruhani yang ada dalam cerita.
Salah satu tempat singgah para tokoh dalam Novel, Tahmis Kahvesi
Mevlid-I Halil Camii
Ulu Camii- Bursa
Kekurangan
Kekurangan dari novel ini hanya terdapat pada bagian editor tulisan. Beberapa kata dalam bab ditemukan typo, jadi dapat menjadi perhatian yang cukup serius bagi Novel yang bergelar Best Seller ini.
4.        Kesimpulan / Sinopsis
     Novel Api Tauhid ini menceritakan tentang seorang Fahmi (mahasiswa postgraduate di Universitas Islam Madinah) yang sedang ditimpa kegelisahan akibat permintaan perceraian yang diajukan oleh pihak mertuanya. Ia tidak menyangka pernikahan sirinya dengan Nuzula akan berakhir begitu cepat tanpa mengetahui sebab tuntutan tersebut. Dia menghibur diri dengan beriktikaf di Masjidil Haram dan bertekad menyelesaikan empat puluh kali khatam membaca Al-Quran. Ia sampai jatuh pingsan.
     Demi membantu mengobati hati Fahmi. Hamza mengajaknya pergi mudik ke kampung halamannya di Turki. Sejak saat itu mereka mulai melalukan wisata Ruhani bersama Subkhi, Emel dan juga Aysel.
     Selama di Turki, Hamza secara tidak resmi menjadi tour guide spesial untuk menjelaskan jejak-jejak heroisme dari Badiuzzaman Said Nursi. Badiuzzaman merupakan gelar yang diberikan kepada Said karena ia merupakan sosok jenius, ulama yang memiliki hafalan luar biasa dan menjadi keajaiban zamannya. Di usia yang baru 15 tahun, Said Nursi telah menguasai ilmu mereka yang berumur 30 bahkan 40 tahun. Ia mampu menghafal Al-Qur’an hanya dalam waktu 20 hari.
     Selain fokus mempelajari ilmu agama, Badiuzzaman Said Nursi juga sangat keras menentang rezim Mustafa Kemal. Tindakan itu membuatnya diasingkan di beberapa wilayah, ia juga dijebloskan ke dalam penjara berkali-kali, namun semangat dakwahnya tidak pernah padam. Ia terus menyalakan api tauhid melalui pedang yang tidak tampak, yaitu pedang cahaya Risalah Nur. Kalimat-kalimat dalam Risalah Nur disalin dengan bantuan murid-muridnya sehingga dihasilkanlah karya yang berjilid-jilid yang dikenal dengan Rasa’ilun Nur.
     Penelusuran jejak sejarah Badiuzzaman Said Nursi juga dikombinasikan dengan pasang surut cinta Fahmi kepada Nuzula maupun kehadiran Aysel. Apa sebenarnya motif Nuzula menginginkan perpisahan dengan Fahmi? Siapakah Aysel? Percayalah anda akan dibuat terkejut di akhir ceritanya. Novel Pembangun Jiwa memang pantas disematkan dalam karya Habiburrahman El Shirazy. Saya sangat merekomendasikan novel ini untuk dibaca.

Oleh: Yunita Kusumawardani
Newer Post Older Post Home

3 comments: