BriTPET (Briket Tempurung Palem Ekor Tupai) Sebagai Energi Alternatif Terbarukan

By | 5/28/2013 07:25:00 AM 2 comments


Assalmu’alaikum...
Hei, sobat! Pernahkah kalian menulis? Ya, Pernahlah. Pernahkah kalian mengetik? Ya, iyalah. Tapi, pernahkah kalian menulis dan mengetik karya ilmiah?
Well, sobat, saya dan partner saya, Reski mengikuti lomba Bioenergy yang diadakan oleh Univerisitas Tanjungpura. Kami menulis tentang pendauran ulang sampah biji palem ekor tupai menjadi briket. Sebelum saya melanjutkan tulisan ini, saya ingin berterima kasih banyak kepada Allah SWT, dan orangtua kami, dan juga Pak Rahmat Saputra selaku dosen pembimbing, Ibu Husna Amaya Melati selaku kepala laboratorium Kimia FKIP Universitas Tanjungpura, serta pihak-pihak yang tidak bisa kami sebutkan namun terjaga namanya dalam ingatan kami.
Saya dan Reski melepas penat diujung deadline pengumpulan
naskah bioenergy,dengan foto-foto di taman UNTAN.
Dalam menyelesaikan tulisan kami, ada beberapa hal yang perlu diperhartikan yaitu sistematika penulisan karya ilmiah yang terdiri dari beberapa bab, biasanya sistematika tergantung dari instansi/lembaga yang mengadakan lomba. Namun secara umum, penulisan karya ilmiah itu terdiri dari
1.      Halaman depan/ cover
2.      Abstrak
3.      Bab Inti ( pendahuluan,Tinjaun Pustaka, Metodologi Penelitian dan Pembahasan)
4.      dan Bab Penutup
Nah, sobat! Bab-bab itu kerap menghasilkan anak-anak alias poin-poin yang cukup rumit kalau kita kurang pengalaman dalam menulis karya ilmiah. Maka dari itu, keseriusan menjadi penting untuk menyumbangkan ilmu pengetahuan.
            Hal lain yang harus diperhatikan sobat, kita tidak boleh melakukan pekerjaan dengan tergesa-gesa. Kita harus merancang jadwal bagaimana proses penulisan dan penelitian guna menghasilkan data yang betul, valid dan dapat dipertanggung jawabkan.
            Mengintip sedikit ke tulisan kami, bermula saat kami ada urusan di ruang prodi tuk bertemu dengan seorang dosen. Karena dalam hati sudah ada niat untuk menciptakan sesuatu yang baru melalui sampah organik, kami jadi lebih sering memperhatikan sampah sekitar,
mana yang terbuang atau berserakan sia-sia. Buah palem ekor tupai yang berwarna oranye terang yang berjatuhan di ruang prodi itu menarik perhatian kami. Kami langsung ambil beberapa sampling untuk kami lihat morfologinya secara kasar. Banyak kemiripan tempurung palem ekor tupai dengan tempurung kelapa, dan faktanya biji palem ekor tupai memang satu family dengan pohon kelapa. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa batok kelapa menjadi sangat eksis setelah dimanfaatkan sebagai arang, sehingga kami berinisiatif untuk membuat produk yang sama dengan bahan baku berbeda, yakni mrnggunakan tempurung palem ekor tupai. Yuk, kami perlihatkan abstrak dari tulisan kami yang berjudul “BriTPET (Briket Tempurung Palem Ekor Tupai) Sebagai Energi Alternatif Terbarukan”,
Irisan Buah Palem Ekor Tupai
BriTPET

Abstrak
Krisis energi menimbulkan kekhawatiran sehingga perlu diupayakan sumber energi alternatif. Pembuatan BriTPET dilakukan di kediaman penulis dan analisis BriTPET dilaksanakan di laboratorium pendidikan kimia FKIP Untan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efektivitas BriTPET melalui sifat fisik dan kimia yang dihasilkannya sebagai bahan bakar alternatif terbarukan. Pengujian briket dilakukan dengan menggunakan komposisi tempurung palem ekor tupai dan serbuk kayu, serta faktor pembanding berupa briket tempurung kelapa. Perlakuan menggunakan perbandingan 1:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BriTPET dan briket tempurung kelapa memiliki densitas masing-masing 0,73 gr/cm3 dan 0,67 g/cm3. Nilai kalor BriTPET dan briket tempurung kelapa masing-masing sebesar 33.6 x 10-4  kalori dan 50,4 x 10-4 kalor. Hal ini menunjukkan bahwa BriTPET dapat dijadikan sebagai energi alternatif. Semakin tinggi densitas maka proses pembakaran berlangsung lama. Nilai kalor berpengaruh terhadap laju pembakaran.
Kata kunci : Energi Alternatif, Biobriket, BriTPET, densitas, nilai kalor.
            Sekedar intermeso, sobat tahu kan kalau BBM bakalan naik di bulan Juni 2013 ini. Sebenarnya, prospek bahan bakar bioenergi di Indonesia itu sangat besar lho sobat, hanya saja pemerintah belum terlalu concern akan hal ini. Tapi, kita doakan saja semoga penelitian ini mendapat bagian besar dari APBN negara. Saya percaya, jika Indonesia ingin menghasilkan peradaban maka penting sekali untuk mensupport penelitian ilmiah di negeri ini melalui pencairan dana yang memadai.
Newer Post Older Post Home

2 comments:

  1. Baguss TucH,, Pernh Bca Juga Dr Arang bambu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maksudnya bambu diolah jadi arang yaa, mbak yul? :)

      Delete