Latest Posts

Showing posts with label Puisi. Show all posts
Showing posts with label Puisi. Show all posts



Oleh: Yunita Kusumawardani
Sungguh indah rasa cinta
Yang senantiasa bersarang di dada manusia
Sungguh cinta tak memandang musim
Bisa bersemi kapan saja
Sungguh fitrah rasa cinta
Bisa jatuh pada siapa jua
Sungguh tinggi rasa cinta
Yang melahirkan segala sifat tepuji
Sungguh mudah mencintai tapi sulit untuk dicintai

Tak ku sangka seorang Adam hadir dalam kisahku
Bayangnya selalu hadir dalam terang dan gelap pandanganku
Darimu ku temukan api kehidupan
Yang membuat hidupku menyala
Yang membuat semangatku berkobar
Yang membuat egoku meleleh
Bagiku, kau tepat jadi penuntunku
Namun


Kalaulah Indonesia sekecil Jakarta
Mungkin tidak ada angka buta aksara
Kalaulah Indonesia sekecil Jakarta
Mungkin pendidikan sudah maju
Kalaulah Indonesia sekecil Jakarta...

Namun Jakarta hanya partikel dari Indonesia
Partikel yang terlampau amat istimewa
Di sana, Gedung sekolah banyak yang bertingkat
Didirikan dari beton yang kokoh
Berfasilitas lengkap ala MBS
Sementara ada partikel lain
Yang tak ditemukan di google earth
Yang luput dari pandangan pejabat pusat
Yang seperti dilupakan, dibiarkan usang
Dibiarkan diterpa topan
Dibiarkan tertimbun longsor
Dibiarkan terhempas banjir
Dibiarkan sampai jadi kandang kambing
Duhai, sekolahku yang malang...

Kalaulah Indonesia sekecil Jakarta
Masalah itu pasti cepat dituntaskan
Keadilan pendidikan sebenarnya punya siapa?
Penduduk Jakarta atau Indonesia?
 Indonesia tak sekecil Jakarta
Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke
“Mencerdaskan kehidupan bangsa” menjadi tujuan yang ambigu
Kala melihat realita
Kenapa harus ada berita sekolah hampir roboh?
Kenapa harus ada berita siswa putus sekolah karena biaya?
Pemerataan Pendidikan dari segala segi adalah harapan seluruh bangsa
Siapa lagi kalau bukan kita yang mulai bergerak
bergerak mencerdaskan kehidupan bangsa
agar merdeka dari kebodohan
Yunita Kusumawardani
Untukmu, Yang Perduli 'kan Pendidikan...



Katalis Bumi Pertiwi

Oleh: Yunita Kusumawardani



Lihatlah yang di sana
Ada yang putih dan biru
serta yang putih lagi abu-abu
beragam seragam kini becampur dalam satu wadah
bagai campuran heterogen
berbeda namun saling menghias lagi melengkapi
Mereka datang dari alkali sampai halogen
tertarik ikatan ion dan kovalen panggung ini

Hei, kamu!
Hentak kakimu dengan keras
sampai menggetar kesetimbangan panggung dan pentas
kepal tanganmu sampai berurat
biarkan enthalpimu membara
laksana unsur gas mulia
memang inert namun menyongsong masa depan
menang sendiri ala bakat dalam diri
bukan tuk berdiri sombong, melainkan bangun motivasi
menaikkan derajat sistem pendidikan
agar tak usang karena miskin prestasi.
 

Hei, kaum muda!
hidup sering bicara lepas atau terima
semua teratur, berulang, dan bergantian
menang dan kalah cuma reaksi bolak dan balik
Bersama Ibu Hartati, guru Fisika Man 2, Pontianak, Kalbar

MEDAN PERANG PENDIDIKAN
oleh : Yunita Kusumawardani

Kau ajarkan kami beberapa elemen
diantaranya bagaimana menguasai fluida, uap, dan listrik
kau tanamkan benih formula dalam otak kami
supaya musuh dapat ditaklukan

 

NASIHAT KEMATIAN

oleh : A. Mustofa Bisri


Mungkin kalian hanya mendengar selama ini
kini kalian menyaksikan sendiri
puluhan ribu nyawa melayang begitu saja dalam sekali sapuan
meninggalkan jasad-jasad berceceran di trotoar di jalanan
tindih-menindih di reruntuhan bangunan
tersangkut di pepohonan
bergelimpangan di selokan
La haula wala quwwata illa billah
Bahkan warga paling perkasa bangsa ini
tak berdaya sama sekali
kota-kota mereka lumpuh dan mati
jerit tangis bergalau menyayat hati
Astaghfirullahal azhiim
Allah yang Maha Agung, ampunilah kami.


Wahai kalian yang selama ini selalu takabur dan jumawa
persis di depan mata kalian semua
Allah yang Maha Kuasa
telah memperlihatkan keperkasaanNya
apakah kalian masih akan bergelagak di hadapanNya?


Kalian yang selama ini tidak menghargai manusia
Makhluk Allah yang Ia muliakan melebihi yang lainnya
Lihatlah bencana kemanusiaan ini dan tanyakan kepada diri kalian
Pelajaran apakah yang kalian dapatkan


Kalian yang selama ini hanya terlena melihat diri sendiri
tengoklah diri kalian dalam kubangan lumpur, air mata, 
dan darah saudara-saudara kalian yang begitu menderita

Puisi ini diambil dari buku "Maha Duka Aceh"
Mengenang Ibu
oleh: Yunita Kusumawardani
Kini kau tak tersenyum langsung padaku ibu,
Hanya dalam memori bingkai foto itu,
Aku mengenangmu
Takkan ada lagi nasihatmu Ibu,
Hanya otak kanan yang mengurai petuahmu
Mengingatkanku kala sedih
Takkan ada lagi belai kasihmu Ibu,
Hanya reseptor tubuh ini yang bergetar
Merasakan kelembutanmu
Mengenangmu ibu
Aku seakan lumpuh
Tidak berdaya akan egoku terhadapmu
Tidak mendengar kata mutiara darimu
Tidak melihat ke dalam perasaanmu
Tidak membantu dalam kesulitanmu
Mengenangmu Ibu,
Membuatku bak mayat hidup
Tak ada sisa perbuatanku tuk mengabdi kepadamu
Tak ada sisa kata maaf bagiku tuk mengobati perasaanmu
Wahai Ibu,,
Masih adakah kesempatan untukku
Untuk menjalani hidup sesungguhnya
Walau kau berada di dimensi yang lain
Aku ingin mengabdi kepadamu
Selama nyawa masih dikandung badan
Aku ingin kembali kepada Rabb, ibu....
Bantulah aku yang durhaka ini
Mengharap rahmat Nya
Wahai Ibu,,
Semoga doa ini diijabah oleh Dzat yang Rahman
Agar Ibuku yang kucinta mendapat tempat yang di bawahnya mengalir sungai-sungai
Tiada kesusahan di sana
Dan selalu digembirakan oleh kasih syang-Nya
Ampuni aku ya Rabb
Sesungguhnya aku termasuk orang yang dzalim

Mengenang Ibu
oleh: Yunita Kusumawardani
Kini kau tak tersenyum langsung padaku ibu,
Hanya dalam memori bingkai foto itu,
Aku mengenangmu

Takkan ada lagi nasihatmu Ibu,
Hanya otak kanan yang mengurai petuahmu
Mengingatkanku kala sedih

Takkan ada lagi belai kasihmu Ibu,
Hanya reseptor tubuh ini yang bergetar
Merasakan kelembutanmu

Mengenangmu ibu
Aku seakan lumpuh
Tidak berdaya akan egoku terhadapmu
Tidak mendengar kata mutiara darimu
Tidak melihat ke dalam perasaanmu
Tidak membantu dalam kesulitanmu

Mengenangmu Ibu,
Membuatku bak mayat hidup
Tak ada sisa perbuatanku tuk mengabdi kepadamu
Tak ada sisa kata maaf bagiku tuk mengobati perasaanmu

Wahai Ibu,,
Masih adakah kesempatan untukku
Untuk menjalani hidup sesungguhnya
Walau kau berada di dimensi yang lain
Aku ingin mengabdi kepadamu
Selama nyawa masih dikandung badan
Aku ingin kembali kepada Rabb, ibu....
Bantulah aku yang durhaka ini
Mengharap rahmat Nya

Wahai Ibu,,
Semoga doa ini diijabah oleh Dzat yang Rahman
Agar Ibuku yang kucinta mendapat tempat yang di bawahnya mengalir sungai-sungai
Tiada kesusahan di sana
Dan selalu digembirakan oleh kasih syang-Nya
Ampuni aku ya Rabb
Sesungguhnya aku termasuk orang yang dzalim