Meluruskan Miskonsepsi Mata Pelajaran Kimia

By | 7/05/2013 05:22:00 AM Leave a Comment
Oleh Yunita Kusumawardani
Mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura
F02112044
 


Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan atau dipelajari dari usia dini sampai tua. Mengapa demikian? Karena kimia selalu berdekatan dengan kehidupan dan kita adalah bagian darinya, contoh kecilnya adalah bernafas. Kita menghirup oksigen dan menghembuskan karbon dioksida selama hidup. 
Di dalam ruang lingkup sekolah, kimia lebih dikenal dengan mata pelajaran yang mempelajari  unsur-unsur dalam tabel sistem periodiknya. Unsur itu dipelajari dari karakteristik kimia dan fisiknya, keterkaitan satu unsur dengan lainnya, sampai pada matematisnya. Contohnya, masakan Ibu tidak akan enak jika bumbunya tidak sesuai takaran. Dalam hal ini, Ibu melakukan pola yang diajarkan kimia secara tidak langsung. Ibu akan menambahkan garam secukupnya ke dalam suatu masakan agar konsentrasi garam tidak terlalu pekat dalam masakan dan mempengaruhi cita rasa suatu makanan. Walaupun kimia sangat dekat dengan kehidupan, tapi miskonsepsi dalam memahami kimia sering kali terjadi. Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan kita akan ruang lingkup kimia. Menurut Euwe Van den Berg miskonsepsi merupakan pertentangan atau ketidakcocokan konsep yang dipahami seseorang dengan konsep yang dipakai pakar ilmu yang bersangkutan. Miskonsepsi itu biasa dialami siswa bahkan guru.
Di dalam dunia pendidikan, kimia sudah dikelompokkan menjadi sub-sub bab agar materinya lebih mudah dipahami. Namun, hal ini tidak berjalan sesuai harapan sampai pemerintah memutuskan perubahan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menjadi kurikulum 2013 yang bersifat tematik integraif dimana kimia akan diintegrasikan ke bidang studi tertentu. Kurikulum dahulu dirasa membatasi kemampuan observasi dan menghambat daya nalar siswa, misalnya, siswa diajarkan materi hidrokarbon. Hidrokarbon mempelajari suatu senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan Hidrogen (H). Di dalamnya menyajikan reaksi bagaimana proses pembakaran senyawa hidrokarbon, persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
CH4 + 2 O2 → 2 H2O + CO2 + Energi ......... (1)
Jika pendidik hanya mengikuti pola kurikulum yang menuntut sesuai dengan tujuan sub materi yang diajarkan maka akan mengurangi tingkat efisiensi nalar seorang siswa. Padahal jika sekaligus dijelaskan bahwa ada materi redoks maupun stoikiometri di dalamnya, siswa menjadi individu yang lebih observatif. Di dalam persamaan (1), perubahan bilangan oksidasi atom C dari -4 menjadi +4 dan perubahan bilangan osidasi atom O dari 0 menjadi -2 merupakan materi redoks dan jumlah energi yang dihasilkan merupakan stoikiometri.
Memang benar pendapat para ahli pendidikan yang memaparkan bahwa hal terpenting yang dibawa ke ruang kelas oleh setiap siswa sebelum memulai pelajaran adalah konsep-konsep yang telah mereka miliki dan kuasai sebelumnya. Miskonsepsi yang terjadi di dalam ruang lingkup kimia dapat terjadi akibat konsep dalam kimia bersifat abstrak atau tidak tampak bahkan buku yang menjadi sumber belajar atau literatur menyajikan pembahasan yang keliru. Tidak jarang ditemukan lembar kegiatan siswa yang lebih dikenal dengan LKS memaparkan materi pergeseran kesetimbangan yang keliru. Sehingga persoalan seperti penambahan gas CS2 ke sistem kesetimbangan CS2 (g) + 4H2 (g) CH4 (g) + 2H2S (g) pada tekanan dan suhu konstan mengalami pergeseran kesetimbangan ke reaktan ataukah produk? Banyak siswa yang terbalik dalam memahaminya. Seharusnya mengalami pergeseran ke arah produk justru siswa memahaminya ke arah reaktan. Materi eksoterm dan endoterm juga mengalami hal yang demikian.
Persoalan tadi masih mudah diluruskan. Namun, beberapa cara menyesatkan guna mempermudah pemahaman siswa dirasa sangat miris dalam dunia pendidikan seperti teori atom yakni atom memiliki elektron yang mengelilinya layaknya planet mengelilingi matahari, padahal elektron tidak memiliki pola melingkar yang sederhana untuk mengelilingi inti. Memang siswa akan diberitahu keadaan atom sebenarnya pada tingkatan kelas yang lebih tinggi, namun adakah manfaat menunda memahami kebenaran? Padahal, siswa harus mengikuti informasi perkembangan ilmu pengetahuan secara terkini dan aktual.
Selanjutnya, konsep-konsep kimia yang “abstrak” dengan memanfaatkan kekasadan logika memang dapat menimbulkan miskonsepsi yang sangat nyata. Karena abstrak lantas diabaikan? Tidak, jangan demikian. Memahami kimia yang bersifat abstrak ibarat mempercayai bahwa Tuhan itu ada walau kita tidak dapat melihat-Nya namun kita merasakan kehadirat-Nya.
Kimia sebagai mata pelajaran dengan karakteristik yang lebih banyak pada dunia mikroskopis, berupa mempelajari atom-atom sebagai unit terkecil penyusun materi sebenarnya memberikan sumbangan bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Banyak sekali bidang-bidang yang ditekuni oleh manusia yang berkaitan dengan kimia, seperti industri makanan memerlukan pekerja lab untuk memastikan kelayakan makanan produksinya. Apakah memenuhi kebutuhan kalori maupun gizi konsumennya.
Kita sadari bahwa miskonsepsi kimia menyebabkan kesulitan siswa dalam mempelajarinya, untuk itu perlu diterapkan beberapa cara guna mengatasinya. Dengan memperkenalkan bagaimana kimia begitu berpengaruh dalam hidup siswa setidaknya dapat menjadi bekal untuk memahami konsep dasar sebelum masuk ke dalam kelas dengan mata pelajaran kimia. Melalui pendekatan itu juga diharapkan siswa tidak menganggap kimia sebagai mata pelajaran yang disegani tapi sebagai mata pelajaran yang dikagumi. Pendekatan atau interaksi antara siswa dengan guru juga merupakan cara terbaik untuk meluruskan miskonsepsi siswa. Tanpa interaksi guru tidak akan mengetahui miskonsepsi siswa.
Yang tidak kalah crusial mengenai miskonsepsi kimia adalah guru kimia sebagai pelaku utama harus mengintropeksi pengetahuan kimianya, membandingkan dengan beberapa sumber, dan membuat kesimpulan. Dengan kata lain, guru harus mempersiapkan sajian penjelasan sebelum masuk ke kelas agar mengurangi miskonsepsi yang dialami siswa akibat pengalamannya yang minim akan ruang lingkup kimia.
Newer Post Older Post Home

0 komentar: